Arsip Blog

Kitab Nikah: Tentang Ruju’

41. Tentang Ruju’

وَ اْلمُطَلَّقتُ يَتَرَبَّصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ ثَلثَةَ قُرُوْءٍ، وَ لاَ يَحِلُّ لَهُنَّ اَنْ يَّكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللهُ فِيْ اَرْحَامِهِنَّ اِنْ كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلاخِرِ، وَ بُعُوْلَتُهُنَّ اَحَقُّ بِرَدّهِنَّ فِيْ ذلِكَ اِنْ اَرَادُوْا اِصْلاَحًا. البقرة:228

Wanita-wanita yang dithalaq hendaklah menahan diri (menunggu)tiga kali quru’. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yangdiciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allahdan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalammasa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. [QS. Al-Baqarah : 228]

الطَّلاَقُ مَرَّتنِ فَاِمْسَاكٌ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ تَسْرِيحٌ بِإِحْسَانٍ. البقرة:229

Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagidengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.[QS. Al-Baqarah 229]

وَ اِذَا طَلَّقْتُمُ النّسَآءَ فَبَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ سَرّحُوْهُنَّ بِمَعْرُْوفٍ، وَ لاَ تُمْسِكُوْهُنَّ ضِرَارًا لّتَعْتَدُوْا. البقرة:231

Apabila kamu menthalaq istri-istrimu, lalu mereka mendekati akhir‘iddahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma’ruf, atauceraikanlah mereka dengan cara yang ma’ruf (pula). Janganlah kamurujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikiankamu menganiaya mereka. [QS. Al-Baqarah 231]

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رض اَنَّهُ سُئِلَ عَنِ الرَّجُلِ يُطَلّقُ ثُمَّ يُرَاجِعُ وَ لاَ يُشْهِدُ. فَقَالَ: اَشْهِدْ عَلَى طَلاَقِهَا وَ عَلَى رَجْعَتِهَا. ابو داود هكذا موقوفا، و سنده صحيح

Dari ‘Imran bin Hushain RA, bahwasanya ia ditanya tentang laki-lakiyang menthalaq istrinya, kemudian merujukinya dengan tanpa saksi,ia berkata, “Hendaklah kamu saksikan pada thalaqnya dan padarujuknya”. [Demikian diriwayatkan oleh Abu Dawud, mauquf dansanadnya shahih]

و اخرجه البيهقى بلفظ: اَنَّ عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ رض سُئِلَ عَمَّنْ رَاجَعَ امْرَأَتَهُ، وَ لَمْ يُشْهِدْ، فَقَالَ: فِى غَيْرِ سُنَّةٍ فَلْيُشْهِدِ اْلآنَ. و زاد الطبرانى فى رواية: وَ يَسْتَغْفِرِ اللهَ.

Dan Baihaqi meriwayatkan dengan lafadh : Bahwasanya ‘Imran binHushain RA ditanya tentang laki-laki yang merujuki istrinya dengantanpa saksi, ia berkata, “Ia tidak menurut sunnah, maka sekarang iaharus bersaksi”. Dan dalam sebuah riwayat, Thabrani menambahkan, “Dan hendaklah ia minta ampun kepada Allah”.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض اَنَّهُ لَمَّا طَلَّقَ امْرَأَتَهُ قَالَ النَّبِيُّ ص لِعُرَ: مُرْهُ فَلْيُرَاجِعْهَا. البخارى و مسلم

Dari Ibnu ‘Umar RA bahwasanya ketika ia mencerai istrinya (dalamkeadaan haidl), Nabi SAW bersabda kepada ‘Umar, “Suruhlah iaagar merujuki istrinya”. [HR. Bukhari dan Muslim]

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ اَنَّهُ سُئِلَ عَنِ الرَّجُلِ يُطَلّقُ امْرَأَتَهُ ثُمَّ يَقَعُ بِهَا وَ لَمْ يُشْهِدْ عَلَى طَلاَقِهَا وَ لاَ عَلَى رَجْعَتِهَا، فَقَالَ: طَلَّقْتَ لِغَيْرِ سُنَّةٍ وَ رَاجَعْتَ لِغَيْرِ سُنَّةٍ، اِشْهَدْ عَلَى طَلاَقِهَا وَ عَلَى رَجْعَتِهَا وَ لاَ تَعُدْ. ابو داود و ابن حبان و لم يقل و لا تعد

Dari ‘Imran bin Hushain bahwa ia pernah ditanya tentang laki-lakiyang menthalaq istrinya kemudian ia tetap mencampurinya, sedang iaketika menthalaq itu tidak ada saksinya, demikian pula rujuknya.Kemudian ia menjawab, “Kamu menthalaq tidak menurut sunnah(Nabi) dan merujuk (juga) tidak menurut sunnah. Adakanlah saksiketika menthalaq dan merujuk dan janganlah kamu ulangi (perbuatanseperti itu). [HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, sedang Ibnu Majahtidak berakata, “Jangan kamu ulangi”.]

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: جَاءَتِ امْرَأَةُ رِفَاعَةَ اْلقُرَظِيّ اِلَى النَّبِيّ ص فَقَالَتْ: كُنْتُ عِنْدَ رِفَاعَةَ، فَطَلَّقَنِى فَبَتَّ طَلاَقِى، فَتَزَوَّجْتُ بَعْدَهُ عَبْدَ الرَّحْمنِ بْنَ الزُّبَيْرِ، وَ اِنَّمَا مَعَهُ مِثْلُ هَدْبَةِ الثَّوْبِ، فَقَالَ: اَتُرِيْدِيْنَ اَنْ تَرْجِعِى اِلَى رِفَاعَةَ؟ لاَ حَتَّى تَذُوْقِى عُسَيْلَتَهُ وَ يَذُوْقَ عُسَيْلَتَكِ. الجماعة

Dari ‘Aisyah, ia berkata : Istri Rifa’ah Al-Quradhiy pernah datangkepada Nabi SAW, lalu berkata, “Aku fulu menjadi istri Rifa’ah,kemudian ia menthalaqku thalaq tiga, kemudian sesudah itu akukawin dengan ‘Abdurrahman bin Zubair, sedang apa yang adapadanya seperti ujung pakaian”. Kemudian Nabi SAW bertanya, “Apakah kamu ingin kembali kepada Rifa’ah ? Tidak boleh, sehinggakamu merasakan madunya dan dia merasakan madumu”. [HR.Jama’ah]

عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اَلْعُسَيْلَةُ هِيَ اْلجِمَاعُ. احمد و النسائى

Dari ‘Aisyah bahwa sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Yang dimaksud madu itu ialah jima’ “. [HR. Ahmad dan Nasai]

Keterangan :

  1. Bekas istri yang boleh dirujuki adalah yang baru dithalaq dua kali.
  2. Bekas istri yang sudah dithalaq tiga kali tidak boleh dirujuki, kecuali apabila bekas istri tadi sudah kawin dengan laki-laki lain dan sudah dikumpuli, kemudian dithalaq oleh suami yang kedua tersebut dan sesudah habis masa ‘iddahnya.
  3. Adapun cara rujuk adalah dengan nikah lagi, dengan alasan karena ikatan nikah yang dulu sudah putus karena thalaq. Namun demikian ada pula ulama yang berpendapat apabila rujuknya itu masih didalam masa ‘iddah, tidak perlu dengan nikah lagi, dengan alasan“Dan suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah”. [Al-Baqarah: 228], Walloohu a’lam.

Sumber:

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/42-tentang-ruju.html

Kitab Nikah: Nafqah dan tempat tinggal bagi wanita yang ditinggal mati suaminya dan yang dithalaq tiga

  1. Nafqah dan tempat tinggal bagi wanita yang ditinggal mati suaminya.

وَ الَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَ يَذَرُوْنَ اَزْوَاجًا وَّصِيَّةً ِّلاَزْوَاجِهِمْ مَّتَاعًا اِلَى اْلحَوْلِ غَيْرَ اِخْرَاجٍ، فَاِنْ خَرَجْنَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْ مَا فَعَلْنَ فِيْ اَنْفُسِهِنَّ مِنْ مَّعْرُوْفٍ، وَ اللهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ. البقرة:240

Dan orang-orang yang akan meninggal dunia diantaramu danmeninggalkan istri, hendaklah berwashiyat untuk istri-istrinya, (yaitu)diberi nafqah hingga setahun lamanya dengan tidak disuruh pindah(dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka tidakada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkanmereka berbuat yang ma’ruf terhadap diri mereka. Dan Allah MahaPerkasa lagi Maha Bijaksana. [QS. Al-Baqarah : 240]

عَنْ فُرَيْعَةَ بِنْتِ مَالِكٍ قَالَتْ: خَرَجَ زَوْجِى فِى طَلَبِ اَعْلاَجٍ لَهُ فَاَدْرَكَهُمْ فِى طَرَفِ اْلقُدُوْمِ فَقَتَلُوْهُ، فَاَتَانِى نَعْيُهُ وَ اَنَا فِى دَارٍ شَاسِعَةٍ مِنْ دُوْرِ اَهْلِى، فَاَتَيْتُ النَّبِيَّ ص فَذَكَرْتُ ذلِكَ لَهُ، فَقُلْتُ: اِنَّ نَعْيَ زَوْجِى اَتَانِى فِى دَارٍ شَاسِعَةٍ مِنْ دُوْرِ اَهْلِى، وَ لَمْ يَدَعْ نَفَقَةً، وَ لاَ مَالاً وَرِثْتُهُ، وَ لَيْسَ اْلمَسْكَنُ لَهُ، فَلَوْ تَحَوَّلْتُ اِلَى اَهْلِى وَ اِخْوَتِى لَكَانَ اَرْفَقَ لِى فِى بَعْضِ شَأْنِى، قَالَ: تَحَوَّلِى. فَلَمَّا خَرَجْتُ اِلَى اْلمَسْجِدِ اَوْ اِلَى اْلحُجْرَةِ دَعَانِى اَوْ اَمَرَبِى فَدُعِيْتُ، فَقَالَ: اُمْكُثِى فِى بَيْتِكِ الَّذِى اَتَاكِ فِيْهِ نَعْيُ زَوْجِكِ، حَتَّى يَبْلُغَ اْلكِتَابُ اَجَلَهُ، قَالَتْ: فَاعْتَدَدْتُ فِيْهِ اَرْبَعَةَ اَشْهُرٍ وَ عَشْرًا. الخمسة و صححه الترمذى

Dari Furai’ah binti Malik, dia berkata : Suamiku keluar mencari budak-budaknya (yang melarikan diri), kemudian dia menemukan mereka diTharaful Qudum, lalu mereka membunuh suamiku. Maka sampailahberita kematiannya kepadaku, sedang aku berada di sebuah rumahyang jauh dari rumah-rumah keluargaku. Kemudian aku datangkepada Nabi SAW dan aku ceritakan hal itu kepada beliau. Akuberkata, “Sesungguhnya berita kematian suamiku sampai kepadakusedang aku berada di sebuah rumah yang jauh dari rumah-rumahkeluargaku, dan dia tidak meninggalkan nafqah, harta warisan danrumah. Maka kalau aku pindah ke rumah keluargaku dan saudara-saudaraku tentu lebih baik bagiku untuk sebagian urusanku”. NabiSAW bersabda, “Pindahlah !”. Kemudian ketika aku telah keluar kemasjid atau ke kamar, Nabi SAW memanggilku atau menyuruhseseorang untuk memanggilku, lalu aku dipanggil, kemudian beliaubersabda, “Tetaplah tinggal di rumah dimana kamu menerima beritakematian suamimu, sehingga habis masa iddahmu”. Furai’ah berkata,Lalu aku pun ber’iddah di situ selama empat bulan sepuluh hari”. [HR.Khamsah dan dishahihkan Tirmidzi]

عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ فِى قَوْلِهِ { وَ الَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَ يَذَرُوْنَ اَزْوَاجًا وَّصِيَّةً ِّلاَزْوَاجِهِمْ مَّتَاعًا اِلَى اْلحَوْلِ غَيْرَ اِخْرَاجٍ } نُسِخَ ذلِكَ بِآيَةِ اْلمِيْرَاثِ بِمَا فَرَضَ اللهُ لَهَا مِنَ الرُّبُعِ وَ الثُّمُنِ، وَ نُسِخَ اَجَلُ اْلحَوْلِ اَنْ جُعِلَ اَجَلُهَا اَرْبَعَةَ اَشْهُرٍ وَ عَشْرًا. النسائى و ابو داود

Dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas tentang firman Allah “Dan orang-orangyang akan meninggal dunia diantaramu dan meninggalkan istri,hendaklah berwashiyat untuk istri-istrinya (yaitu) diberi nafqah hinggasetahun lamanya dengan tidak disuruh pindah dari rumahnya”. (QS. Al-Baqarah : 240). Bahwa ketentuan ini dinasikh oleh ayatul miraats,yaitu bahwa Allah menentukan bagian istri yang ditinggal mati ituseperempat atau seperdelapan bagian (dari harta warisan suami) danmasa setahun itu (juga) dinasikh, yaitu masanya dijadikan empatbulan sepuluh hari”. [HR. Nasai dan Abu Dawud]

Keterangan :

Dalam memahami surat Al-Baqarah : 240 ini ulama ada duapendapat. Pendapat pertama, memahami sebagaimana riwayat‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas tersebut diatas. (Ini bagi yang berpahamada nasikh dan mansukh dalam Al-Qur’an).

Pendapat kedua (yang berpaham tidak ada nasikh dan mansukhdalam Al-Qur’an), memahami bahwa bagi istri yang ditinggal matioleh suami, tetap mendapatkan haq waris, namun pemberian nafqahhingga setahun itu sifatnya hanya anjuran (sunnah), karena setelahturun ayat 240 surat Al-Baqarah tersebut, kemudian turun ayat 234surat Al-Baqarah yang menyatakan bahwa ‘iddah wanita yangditinggal mati suaminya hanya empat bulan sepuluh hari.

  1. Tentang nafqah dan tempat tinggal bagi istri yang dithalaq tiga

عَنِ الشَّعْبِيّ عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍ عَنِ النَّبِيّ ص فِى اْلمُطَلَّقَةِ ثَلاَثًا، قَالَ: لَيْسَ لَهَا سُكْنَى وَ لاَ نَفَقَةَ. احمد و مسلم

Dari Sya’biy dari Fathimah binti Qais dari Nabi SAW, tentang wanitayangt dithalaq tiga, beliau SAW bersabda, “Tidak ada (haq) baginyatempat tinggal dan tidak ada nafqah. [HR. Ahmad dan Muslim]

و فى رواية عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍ قَالَتْ: طَلَّقَنِى زَوْجِى ثَلاَثًا فَلَمْ يَجْعَلْ لِى رَسُوْلُ اللهِ ص سُكْنَى وَ لاَ نَفَقَةَ. الجامعة الا البخاري

Dan dalam riwayat lain dari Fathimah binti Qais, ia berkata, “Akudithalaq oleh suamiku thalaq tiga, kemudian Rasulullah SAW tidakmemberi (haq) bagiku tempat tinggal dan tidak juga nafqah”. [HR.Jama’ah kecuali Bukhari]

و فى رواية عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍ اَيْضًا قَالَتْ: طَلَّقَنِى زَوْجِى ثَلاَثًا فَاَذِنَ لِى رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ اَعْتَدَّ فِى اَهْلِى. مسلم

Dan dalam riwayat lain dari Fathimah binti Qais juga, ia berkata, “Suamiku menthalaqku thalaq tiga, kemudian Rasulullah SAWmemberi idzin kepadaku ber’iddah di (rumah) keluargaku”. [HR. Muslim]

Sumber:

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/42-nafqah-dan-tempat-tinggal-bagi.html

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/43-tentang-nafqah-dan-tempat-tinggal.html

 

Kitab Nikah: meminang dengan sindiran kepada wanita yang ber’iddah karena ditinggal mati suaminya dan yang ‘iddah thalaq tiga

  1. Meminang dengan sindiran (kepada wanita yang ber’iddah karena ditinggal mati suaminya atau yang ‘iddah thalaq tiga).

وَ لاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا عَرَّضْتُمْ بِه مِنْ خِطْبَةِ النّسَآءِ اَوْ اَكْنَنْتُمْ فِيْ اَنْفُسِكُمْ، عَلِمَ اللهُ اَنَّكُمْ سَتَذْكُرُوْنَهُنَّ وَ لكِنْ لاَّ تُوَاعِدُوْهُنَّ سِرًّا اِلاَّ اَنْ تَقُوْلُوْا قَوْلاً مَّعْرُوْفًا، وَ لاَ تَعْزِمُوْا عُقْدَةَ النّكَاحِ حَتّى يَبْلُغَ اْلكِتبُ اَجَلَه، وَ اعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا فِيْ اَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوْهُ، وَ اعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ. البقرة:235

Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengansindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka)dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebutmereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawindengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan(kepada mereka) perkataan yang ma’ruf. Dan janganlah kamuber’azam (bertetap hati) untuk ber’aqad nikah sebelum habis‘iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yangada dalam hatimu, maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwaAllah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. [QS. Al-Baqarah :235]

عَنْ سُكَيْنَةَ بِنْتِ حَنْظَلَةَ قَالَتْ: اِسْتَأْذَنَ عَلَيَّ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيّ وَ لَمْ تَنْقَضِ عِدَّتِى مِنْ مَهْلَكَةِ زَوْجِى فَقَالَ: قَدْ عَرَفْتِ قَرَابَتِى مِنْ رَسُوْلِ اللهِ ص. وَ قَرَابَتِى مِنْ عَلِيّ، وَ مَوْضِعِى مِنَ اْلعَرَبِ. قُلْتُ: غَفَرَ اللهُ لَكَ يَا اَبَا جَعْفَرٍ، اِنَّكَ رَجُلٌ يُؤْخَذُ عَنْكَ وَ تَخْطُبْنِى فِى عِدَّتِى. فَقَالَ: اِنَّمَا اَخْبَرْتُكِ بِقَرَابَتِى مِنْ رَسُوْلِ اللهِ ص وَ مِنْ عَلِيّ. وَ قَدْ دَخَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص عَلَى اُمّ سَلَمَةَ وَ هِيَ مُتَأَيّمَةٌ مِنْ اَبِى سَلَمَةَ. فَقَالَ: لَقَدْ عَلِمْتِ اَنّى رَسُوْلُ اللهِ ص وَ خِيَرَتُهُ مِنْ خَلْقِهِ وَ مَوْضِعِى مِنْ قَوْمِى كَانَتْ تِلْكَ خِطْبَتَهُ. الدارقطنى

Dari Sukainah binti Handhalah, ia berkata : Muhammad bin ‘Alimeminta idzin kepadaku, sedang masa ‘iddahku dari kematiansuamiku belum usai, lalu Muhammad berkata, “Kamu tentu telah tahukekerabatanku dari Rasulullah SAW dan kekerabatanku dari ‘Ali (bin Abu Thalib) serta kedudukanku di kalangan bangsa ‘Arab”. Akuberkata, “Semoga Allah mengampunimu, hai Abu Ja’far,sesungguhnya kamu adalah orang yang menjadi ikutan, sedang kamumeminangku dalam masa ‘iddahku”. Maka Muhammad berkata, “Akuhanya memberitahu kepadamu tentang hubungan kekerabatankudengan Rasulullah SAW dan ‘Ali, sedang Rasulullah SAW sendiripernah masuk (ke rumah) Ummu Salamah sedangkan dia adalahjanda Abu Salamah, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya kamusudah tahu bahwa aku adalah Rasulullah dan pilihan-Nya diantaramakhluq-Nya serta kedudukanku di kalangan kaumku”. Itulahpinangan Nabi SAW dengan sindiran”. [HR. Daruquthni]

عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍ اَنَّ زَوْجَهَا طَلَّقَهَا ثَلاَثًا فَلَمْ يَجْعَلْ لَهَا رَسُوْلُ اللهِ ص سُكْنَى وَ لاَ نَفَقَةً، قَالَتْ: وَ قَالَ لىِ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا حَلَلْتِ فَآذِنِيْنِى، فَآذَنْتُهُ، فَخَطَبَهَا مُعَاوِيَةُ وَ اَبُوْ جَهْمٍ وَ اُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَمَّا مُعَاوِيَةُ فَرَجُلٌ تَرِبٌ لاَ مَالَ لَهُ وَ اَمَّا اَبُوْ جَهْمٍ فَرَجُلٌ ضَرَّابٌ لِلنّسَاءِ، وَ لكِنْ اُسَامَةُ فَقَالَتْ بِيَدِهَا هكَذَا: اُسَامَةُ اُسَامَةُ. فَقَالَ لَهَا رَسُوْلُ اللهِ ص: طَاعَةُ اللهِ وَ طَاعَةُ رّسُوْلِهِ. قَالَتْ: فَتَزَوَّجْتُهُ فَاغْتُبِطْتُ. الجماعة الا البخارى

Dari Fathimah binti Qais, sesungguhnya suaminya telahmenthalaqnya tiga kali, sehingga Rasulullah SAW tidak memberinya(haq) tempat tinggal dan nafqah. Fathimah berkata : Dan RasulullahSAW bersabda kepadaku, “Apabila kamu telah halal dengan habis‘iddahmu, maka beritahulah aku”. (Ketika ‘iddahnya telah selesai)kemudian aku memberitahu kepada beliau. Lalu Mu’awiyah, AbuJahm dan Usamah bin Zaid meminangnya. Kemudian RasulullahSAW bersabda (kepada Fathimah binti Qais), “Adapun Mu’awiyahadalah seorang laki-laki miskin tidak berharta sama sekali, sedangAbu Jahm adalah seorang laki-laki yang suka memukul istrinya, tetapiUsamah …. lalu Fathimah berkata (menirukan ucapan Nabi) denganmenggerakkan tangannya demikian. “Usamah, Usamah”. KemudianRasulullah SAW bersabda kepada Fathimah, “Thaatlah kepada Allahdan thaatlah kepada Rasul-Nya”. Fathimah berkata, “Kemudian akunikah dengan Usamah, lalu aku pun berbahagia”. [HR. Jama’ahkecuali Bukhari]

Sumber:

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/40-meminang-dengan-sindiran.html

 

 

 

Kitab Nikah: menthalaq istri yang belum dikumpuli dan tentang ‘iddah

  1. Menthalaq istri yang belum dikumpuli.

لاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِنْ طَلَّقْتُمُ النّسَآءَ مَا لَمْ تَمَسُّوْهُنَّ اَوْ تَفْرِضُوْا لَهُنَّ فَرِيْضَةً وَّ مَتّعُوْهُنَّ عَلَى اْلمُوْسِعِ قَدَرُه، وَ عَلَى اْلمُقْتِرِ قَدَرُه، مَتَاعًا بِاْلمَعْرُوْفِ، حَقًّا عَلَى اْلمُحْسِنِيْنَ(236) وَ اِنْ طَلَّقْتُمُوْهُنَّ مِنْ قَبْلِ اَنْ تَمَسُّوْهُنَّ، وَ قَدْ فَرَضْتُمْ لَهُنَّ فَرِيْضَةً فَنِصْفُ مَا فَرَضْتُمْ اِلاَّ اَنْ يَعْفُوْنَ اَوْ يَعْفُوَ الَّذِيْ بِيَدِه عُقْدَةُ النّكَاحِ، وَ اَنْ تَعْفُوْآ اَقْرَبُ لِلتَّقْوى، وَ لاَ تَنْسَوُا اْلفَضْلَ بَيْنَكُمْ، اِنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ.(237) البقؤة

Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamumenceraikan istri-istrimu sebelum kamu bercampur dengan merekadan sebelum kamu menentukan maharnya. Dan hendaklah kamuberikan suatu mut’ah (pemberian) kepada mereka. Orang yangmampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurutkemampuannya (pula), yaitu pemberian menurut yang patut. Yangdemikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuatkebajikan. (236)

Jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum kamu bercampur denganmereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya,maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu,kecuali jika istri-istrimu itu memaafkan atau dimaafkan oleh orangyang memegang ikatan nikah, dan pemaafan kamu itu lebih dekatkepada taqwa. Dan janganlah kamu melupakan keutamaan diantarakamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kamukerjakan. (237) [QS. Al-Baqarah]

  1. Tidak ada ‘iddah bagi wanita yang belum dikumpuli

ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْآ اِذَا نَكَحْتُمُ اْلمُؤْمِنتِ ثُمَّ طَلَّقْتُمُوْهُنَّ مِنْ قَبْلِ اَنْ تَمَسُّوْهُنَّ فَمَا لَكُمْ عَلَيْهِنَّ مِنْ عِدَّةٍ تَعْتَدُّوْنَهَا، فَمَتّعُوْهُنَّ وَ سَرّحُوْهُنَّ سَرَاحًا جَمِيْلاً. الاحزاب:49

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi wanita-wanitayang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamumencampurinya, maka sekali-kali tidak wajib atas mereka ‘iddahbagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah merekamut’ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya. [QS. Al-Ahzab : 49]

  1. Tentang ‘Iddah                                                                                                                   a.Wanita yang haidl, ‘iddahnya 3 kali quru’ (tiga kali haidl/tiga kalisuci).

وَ اْلمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ ثَلثَةَ قُرُوْءٍ، وَ لاَ يَحِلُّ لَهُنَّ اَنْ يَّكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللهُ فِيْ اَرْحَامِهِنَّ اِنْ كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلاخِرِ، وَ بُعُوْلَتُهُنَّ اَحَقُّ بِرَدّهِنَّ فِيْ ذلِكَ اِنْ اَرَادُوْا اِصْلاحًا. البقرة:228

Wanita-wanita yang dithalaq hendaklah menahan diri (menunggu)tiga kali quru’. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yangdiciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allahdan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalammasa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah.[QS. Al-Baqarah : 228]

عَنِ اْلاَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: اُمِرَتْ بَرِيْرَةُ اَنْ تَعْتَدَّ بِثَلاَثِ حِيَضٍ. ابن ماجه، فى نيل الاوطار 6:326

Dari Aswad, dari ‘Aisyah, ia berkata, “Barirah disuruh (oleh NabiSAW) supaya ber’iddah tiga kali haidl”. [HR. Ibnu Majah, dalam Nailul6:326]

b. Wanita yang ditinggalmatisuaminya, iddahnya 4 bulan 10 hari.

وَ الَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَ يَذَرُوْنَ اَزْوَاجًا يَّتَرَبَّصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ اَرْبَعَةَ اَشْهُرٍ وَّ عَشْرًا، فَاِذَا بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا فَعَلْنَ فِيْ اَنْفُسِهِنَّ بِاْلمَعْرُوْفِ، وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ. البقرة:234

Orang-orang yang meninggal dunia diantaramu denganmeninggalkan istri-istri (hendaklah para istri itu) menangguhkandirinya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telahhabis ‘iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkanmereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allahmengetahui apa yang kamu perbuat. [QS. Al-Baqarah : 234]

عَنْ اُمّ سَلَمَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: لاَ يَحِلُّ لاِمْرَأَةٍ مُسْلِمَةٍ تُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ اَنْ تُحِدَّ فَوْقَ ثَلاَثَةِ اَيَّامٍ اِلاَّ عَلَى زَوْجِهَا اَرْبَعَةَ اَشْهُرٍ وَ عَشْرًا. البخارى و مسلم، فىنيل الاوطار 6:329

Dari Ummu Salamah bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Tidak halalbagi seorang wanita muslimah yang beriman kepada Allah dan hariakhir berkabung lebih dari tiga hari kecuali terhadap suaminya, yaituempat bulan sepuluh hari”. [HR Bukhari dan Muslim, dalam Nailul6:329]

عَنْ اُمّ عَطِيَّةَ قَالَتْ: كُنَّا نُنْهَى اَنْ نُحِدَّ عَلَى مَيّتٍ فَوْقَ ثَلاَثٍ اِلاَّ عَلَى زَوْجٍ اَرْبَعَةَ اَشْهُرٍ وَ عَشْرًا. وَ لاَ نَكْتَحِلَ وَ لاَ نَتَطَيَّبَ وَ لاَ نَلْبَسَ ثَوْبًا مَصْبُوْغًا اِلاَّ ثَوْبَ عَصْبٍ. وَ قَدْ رُخّصَ لَنَا عِنْدَ الطُّهْرِ اِذَا اغْتَسَلَتْ اِحْدَانَا مِنْ مَحِيْضِهَا فِى نُبْذَةٍ مِنْ كُسْتِ اَظْفَارٍ. البخارى و مسلم، فى نيل الاوطار 6:332

Dari Ummu ‘Athiyah, ia berkata, “Kami dilarang berkabung terhadaporang mati lebih dari tiga hari kecuali terhadap suami, yaitu empatbulan sepuluh hari, dimana tidak boleh bercelak, tidak bolehberwangi-wangian dan tidak boleh memakai pakaian yang dicelup,kecuali kain genggang (pakaian yang tidak mencolok), dan kami diberikeringanan pada waktu suci yaitu apabila salah seorang diantara kamimandi dari haidlnya (menggunakan) sedikit qust adhfar (sejenis kayuyang berbau harum)”. [HR. Bukhari dan Muslim]

و فى رواية قالت: قَالَ النَّبِيُّ ص: لاَ يَحِلُّ ِلامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ تُحِدُّ فَوْقَ ثَلاَثٍ اِلاَّ عَلَى زَوْجٍ فَاِنَّهَا لاَ تَكْتَحِلُ وَ لاَ تَلْبَسُ ثَوْبًا مَصْبُوْغًا اِلاَّ ثَوْبَ عَصْبٍ، وَ لاَ تَمَسُّ طِيْبًا اِلاَّ اِذَا طَهُرَتْ نُبْذَةً مِنْ قُسْطٍ اَوْ اَظْفَارٍ. احمد و البخارى و مسلم، فى نيل الاوطار 6:332

Dan dalam riwayat lain (dikatakan), Ummu ‘Athiyah berkata : NabiSAW bersabda, “Tidak halal bagi seorang wanita yang berimankepada Allah dan hari akhir berkabung lebih dari tiga hari kecualiterhadap suami, maka istri tidak boleh bercelak, tidak boleh memakaipakaian yang dicelup kecuali kain genggang dan tidak boleh memakaiwangi-wangian kecuali apabila bersuci (dengan menggunakan) sedikitqust atau adhfar (sejenis kayu yang berbau harum)”. [HR. Ahmad,Bukhari dan Muslim]

عَنْ اُمّ سَلَمَةَ قَالَتْ: دَخَلَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ ص حِيْنَ تَوَفَّى اَبُوْ سَلَمَةَ وَ قَدْ جَعَلْتُ عَلَيَّ صَبْرًا، فَقَالَ: مَا هذَا يَا اُمَّ سَلَمَةَ؟ فَقُلْتُ: اِنَّمَا هُوَ صَبْرٌ يَا رَسُوْلَ اللهِ، لَيْسَ فِيْهِ طِيْبٌ. قَالَ: اِنَّهُ يَشُبُّ اْلوَجْهَ فَلاَ تَجْعَلِيْهِ اِلاَّ بِاللَّيْلِ وَ تَنْزَعِيْنَهُ بِالنَّهَارِ. وَ لاَ تَمْتَشِطِيْ بِالطّيْبِ وَ لاَ بِاْلحِنَّاءِ، فَاِنَّهُ خِضَابٌ. قَالَتْ: قُلْتُ: بِأَيّ شَيْءٍ اَمْتَشِطُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِالسّدْرِ تُغَلّفِيْنَ بِهِ رَأْسَكِ. ابو داود و النسائى، فى نيل الاوطار 6:332

Dari Ummu Salamah, ia berkata : Rasulullah SAW pernah masuk ke(rumahku) ketika Abu Salamah meninggal dunia, sedang akumemakai celak. Lalu Nabi SAW bertanya, “Apa ini, hai UmmuSalamah ?”. Kemudian aku menjawab, “Ini jadam (celak) yaRasulullah, yang tidak ada wangi-wangiannya”. Beliau bersabda, “Sesungguhnya jadam itu mempercantik wajah, maka janganlahkamu pakai kecuali pada waktu malam dan hilangkan di waktu siang.Janganlah kamu bersisir menggunakan wangi-wangian atau hinna’,karena sesungguhnya itu juga pewarna”. Ummu Salamah berkata :Aku bertanya, “Kalau begitu aku harus bersisir dengan apa yaRasulullah ?”. Beliau menjawab, “Dengan daun bidara yang kamudapat menggunakannya di kepalamu dengannya”. [HR. Abu Dawuddan Nasai]

c. Wanita yang telahberhentidarihaidlatautidakhaidl, ‘iddahnya 3bulan.

وَالّئِيْ يَئِسْنَ مِنَ اْلمَحِيْضِ مِنْ نِسَآئِكُمْ اِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلثَةُ اَشْهُرٍ وَالّئِيْ لَمْ يَحِضْنَ. الطلاق:4

Dan wanita-wanita yang tidak haidl lagi (menopause) diantara wanita-wanitamu jika kamu ragu-ragu (tentang masa ‘iddahnya) maka ‘iddahmereka adalah tiga bulan, dan begitu (pula) wanita-wanita yang tidakhaidl. [QS. Ath-Thalaaq : 4]

d. Wanita yang hamil, ‘iddahnyahinggamelahirkan.

وَ اُولاَتُ اْلاَحْمَالِ اَجَلُهُنَّ اَنْ يَّضَعْنَ حَمْلَهُنَّ، وَ مَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّه مِنْ اَمْرِه يُسْرًا. الطلاق:4

Dan wanita-wanita yang hamil, waktu ‘iddah mereka itu ialah sampaimereka melahirkan kandungannya. Dan barangsiapa yang bertaqwakepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalamurusannya. [QS. Ath-Thalaaq : 4]

Sumber:

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/37-menthalaq-istri-yang-belum-dikumpuli.html

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/38-tidak-ada-iddah-bagi-wanita-yang.html

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/39-tentang-iddah.html

Kitab Nikah: tentang khulu’, ilaa’, dhihar, dan li’an

  1. Tentang Khulu’

Khulu’ menurut bahasa ialah melepas. Adapun khulu’ menurut istilah syara’ ialah seorang istri meminta kepada suami supaya dirinya diceraikan dengan memberikan suatu tebusan (‘iwadl), misalnya mengembalikan mahar yang dulu diberikan oleh suaminya.

…. فَاِنْ خِفْتُمْ اَلاَّ يُقِيْمَا حُدُوْدَ اللهِ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا فِيْمَا افْتَدَتْ بِه. البقرة:229

…. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. [QS. Al-Baqarah : 229]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: جَاءَتِ امْرَأَةُ ثَابِتِ بْنِ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ اِلَى النَّبِيّ ص فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنّى مَا اَعْتِبُ عَلَيْهِ فِى خُلُقٍ وَ لاَ دِيْنٍ، وَ لَكِنّى اَكْرَهُ اْلكُفْرَ فِى اْلاِسْلاَمِ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَتَرُدّيْنَ عَلَيْهِ حَدِيْقَتَهُ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِقْبَلِ اْلحَدِيْقَةَ وَ طَلّقْهَا تَطْلِيْقَةً. البخارى و النسائى، فى نيل الاوطار 6:276

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : Istri Tsabit bin Qais bin Syammas datang kepada Nabi SAW, lalu ia berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku tidak mencela dia (suamiku) tentang akhlaq dan agamanya, tetapi aku tidak menyukai kekufuran dalam Islam”. Kemudian Rasulullah SAW bertanya, “Maukah kamu mengembalikan kebunmu kepadanya ?”. Ia menjawab, “Ya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda (kepada Tsabit), “Terimalah kebunmu itu dan thalaqlah dia sekali”. [HR. Bukhari dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 6, hal. 276]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ جَمِيْلَةَ بِنْتَ سَلُوْلٍ اَتَتِ النَّبِيَّ ص فَقَالَتْ: وَ اللهِ مَا اَعْتِبُ عَلَى ثَابِتٍ فِى دِيْنٍ وَ لاَ خُلُقٍ وَ لكِنّى اَكْرَهُ اْلكُفْرَ فِى اْلاِسْلاَمِ، لاَ اُطِيْقُهُ بُغْضًا. فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ ص: اَتَرُدّيْنَ عَلَيْهِ حَدِيْقَتَهُ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. فَاَمَرَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ يَأْخُذَ مِنْهَا حَدِيْقَتَهُ وَ لاَ يَزْدَادَ. ابن ماجه

Dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya Jamilah binti Salul datang kepada Nabi SAW lalu berkata, “Demi Allah, aku tidak mencela kepada Tsabit tentang agama dan akhlaqnya, tetapi aku tidak menyukai kekufuran dalam Islam, aku tidak kuat menahan rasa benci kepadanya”. Lalu Nabi SAW bertanya, “Maukah kamu mengembalikan kebunnya kepadanya ?” Ia menjawab, “Ya”. Kemudian Rasulullah SAW menyuruh Tsabit agar mengambil kembali kebunnya dari Jamilah, dan tidak minta tambahan”. HR. Ibnu Majah]

عَنِ الرُّبَيّعِ بِنْتِ مُعَوّذٍ اَنَّ ثَابِتَ بْنَ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ ضَرَبَ امْرَأَتَهُ فَكَسَرَ يَدَهَا وَ هِيَ جَمِيْلَةُ بِنْتُ عَبْدِ اللهِ بْنِ اُبَيّ، فَاَتَى اَخُوْهَا يَشْتَكِيْهِ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ ص: فَاَرْسَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِلَى ثَابِتٍ فَقَالَ لَهُ: خُذِ الَّذِيْ لَهَا عَلَيْكَ وَ خَلّ سَبِيْلَهَا. قَالَ: نَعَمْ. فَاَمَرَهَا رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ تَتَرَبَّصَ حَيْضَةً وَاحِدَةً وَ تَلْحَقَ بِاَهْلِهَا. النسائى، فى نيل الاوطار 6:277

Dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz bahwasanya Tsabit bin Qais bin Syammas memukul tangan istrinya yang bernama Jamilah binti ‘Abdullah bin Ubaiy sehingga patah, kemudian saudaranya datang kepada Rasulullah SAW untuk mengadukannya, lalu Rasulullah SAW mengutus (seseorang) kepada Tsabit, kemudian Nabi SAW bersabda kepadanya, “Ambillah kembali apa yang pernah kamu berikan kepada istrimu, dan lepaskanlah dia”. Tsabit menjawab, “Ya”. Lalu Rasulullah SAW menyuruh Jamilah agar menunggu satu kali haidl dan pulang kepada keluarganya”. [HR. Nasai, dalam Nailul Authar juz 6, hal. 277]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ امْرَأَةَ ثَابِتِ بْنِ قَيْسٍ اخْتَلَعَتْ مِنْ زَوْجِهَا، فَاَمَرَهَا النَّبِيُّ ص اَنْ تَعْتَدَّ بِحَيْضَةٍ. ابو داود و الترمذى و قال: حديث حسن غريب

Dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya istri Tsabit bin Qais menebus dirinya dari suaminya, kemudian Nabi SAW menyuruhnya supaya ber’iddah sekali haidl. [HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dan ia berkata, “Hadits hasan gharib, dalam Nailul Authar juz 6, hal. 277]

عَنِ الرُّبَيّعِ بِنْتِ مُعَوّذٍ اَنَّهَا اخْتَلَعَتْ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ص فَاَمَرَهَا النَّبِيُّ ص اَوْ اُمِرَتْ اَنْ تَعْتَدَّ بِحَيْضَةٍ. الترمذى و قال: حديث الربيع الصحيح انها امرت ان تعتد بحيضة، فى نيل الاوطار 6:277

Dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz, bahwasanya ia pernah menebus dirinya (khulu’) di masa Rasulullah SAW, kemudian Nabi SAW menyuruhnya atau dia disuruh agar ber’iddah sekali haidl. [HR. Tirmidzi, dan ia berkata, “Hadits Rubayyi’ ini sah, bahwa ia disuruh oleh Nabi SAW agar ber’iddah dengan sekali haidl, dalam Nailul Authar juz 6, hal. 277]

عَنْ اَبِى الزُّبَيْرِ اَنَّ ثَابِتَ بْنَ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ كَانَتْ عِنْدَهُ بِنْتُ عَبْدِ اللهِ بْنِ اُبَيّ بْنِ سَلُوْلٍ وَ كَانَ اَصْدَقَهَا حَدِيْقَةٌ، فَقَالَ النَّبِيُّ ص اَتَرُدّيْنَ عَلَيْهِ حَدِيْقَتَهُ الَّتِى اَعْطَاكِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، وَ زِيَادَةً. فَقَالَ النَّبِيُّ ص: اَمَّا الزّيَادَةُ فَلاَ، وَ لكِنْ حَدِيْقَتُهُ. قَالَتْ: نَعَمْ. فَاَخَذَهَا لَهُ. وَ خَلَّى سَبِيْلَهَا. فَلَمَّا بَلَغَ ذلِكَ ثَابِتَ بْنَ قَيْسٍ قَالَ: قَبِلْتُ قَضَاءَ رَسُوْلِ اللهِ ص. الدارقطنى باسناد صحيح و قال: سمعه ابو الزبير من غير واحد، فى نيل الاوطار 6:277

Dari Abu Zubair bahwasanya Tsabit bin Qais bin Syammas mempunyai istri anak perempuan dari ‘Abdullah bin Ubaiy bin Salul. Dahulu ia memberikan mahar kepada istrinya berupa sebuah kebun. Kemudian Nabi SAW bertanya (kepada si istri), “Maukah kamu mengembalikan kebun pemberian suamimu itu ?”. Ia menjawab, “Ya, dan akan saya tambah”. Lalu Nabi SAW bersabda, “Adapun tambahan itu tidak usah, cukup kebunnya saja”. Ia berkata, “Ya”. Kemudian Nabi SAW mengambil kebun itu untuk diberikan kepada Tsabit dan beliau menceraikannya. Kemudian setelah hal itu sampai kepada Tsabit bin Qais, ia berkata, “Sungguh aku menerima putusan Rasulullah SAW”. [HR. Daruquthni dengan sanad yang sah, ia berkata, “Hadits ini didengar oleh Abu Zubair tidak hanya dari seorang saja”, dalam Nailul Authar juz 6, hal. 277].

  1. Tentang IIaa’

Ilaa’ menurut bahasa ialah sumpah. Adapun menurut istilah syara’ialah suami bersumpah untuk tidak mencampuri istrinya. Kalauseorang suami bersumpah demikian, ia diberi tempo selama empatbulan. Setelah usai empat bulan, ia supaya memilih apakah akanmeneruskan pernikahannya dengan membayar kaffarat, ataumenthalaq istrinya tersebut. Adapun penjelasannya adalah sebagaiberikut :

لِلَّذِيْنَ يُؤْلُوْنَ مِنْ نّسَآئِهِمْ تَرَبُّصُ اَرْبَعَةِ اَشْهُرٍ، فَاِنْ فَآءُوْ فَاِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ.(226) وَ اِنْ عَزَمُوا الطَّلاَقَ فَاِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ.(227) البقرة

Kepada orang-orang yang meng-ilaa’ istrinya diberi tangguh empatbulan (lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada istrinya),maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(226)

Dan jika mereka ber’azam (bertetap hati untuk) thalaq, makasesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (227)[QS. Al-Baqarah]

عَنِ الشَّعْبِيّ عَنْ مَسْرُوْقٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: آلَى رَسُوْلُ اللهِ ص مِنْ نِسَائِهِ وَ حَرَّمَ، فَجَعَلَ اْلحَرَامَ حَلاَلاً وَ جَعَلَ فِى اْليَمِيْنِ اْلكَفَّارَةَ. ابن ماجه و الترمذى

Dari Sya’biy, dari Masruq dari ‘Aisyah, ia berkata, “Rasulullah SAWpernah bersumpah ilaa’ terhadap sebagian istri-istrinya dan beliaupernah mengharamkan (sesuatu), lalu yang beliau haramkan itubeliau jadikan halal dengan membayar kaffarat atas sumpahnya”. [HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi]

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: اِذَا مَضَتْ اَرْبَعَةُ اَشْهُرٍ يُوْقَفُ حَتَّى يُطَلّقَ، وَ لاَ يَقَعُ عَلَيْهِ الطَّلاَقُ حَتَّى يُطَلّقَ، يَعْنِى اَلْمُوْلِى. البخارى

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Apabila telah lewat empat bulan, makaditawaqqufkan hingga (suami yang bersumpah ilaa’ itu)menthalaqnya, dan thalaq itu tidak jatuh hingga ia (suami yangbersumpah ilaa’) itu menjatuhkan thalaqnya. [HR. Bukhari]

قَالَ اَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ فِى رِوَايَةِ اَبِى طَالِبٍ، قَالَ عُمَرُ وَ عُثْمَانُ وَ عَلِيٌّ وَ ابْنُ عُمَرَ: يُوْقَفُ اْلمُوْلِى بَعْدَ اْلاَرْبَعَةِ فَاِمَّا اَنْ يَفِيْءَ وَ اِمَّا اَنْ يُطَلّقَ. احمد فى نيل الاوطار 6:287

Ahmad bin Hanbal berkata dalam riwayatnya Abu Thalib : ‘Umar, ‘Utsman, Ali dan Ibnu ‘Umar berkata, “Orang yang bersumpah ilaa’ ituditawaqqufkan sesudah empat bulan, maka mungkin ia kembali danmungkin ia menthalaq”. [HR. Ahmad. dalam Nailul Authar 6:287]

Keterangan :

  1. Menurutriwayat Muslim, Rasulullah SAW pernahmeng-ilaa’ istri-istribeliau (menjauhkandiridariistri-istribeliau) selama 1 bulan(29 hari).
  2. Perludiketahuibahwadijamanjahiliyahsuamikadangmeng-ilaa’istrinyasampai 1 atau 2 tahun, bahkantidakterbatas.Maka Allah Yang MahaBijaksanamengijinkan (membatasi) ilaa’ ituhanya 4bulan.

 

  1. Tentang Dhihar.

Dhihar terambil dari kata dhahrun (punggung). Di jaman jahiliyah, apabila suami mengatakan kepada istrinya, “Kamu bagiku seperti punggung ibuku”, maka yang demikian itu sudah dianggap sama dengan menthalaq istrinya. Tentang hal ini Allah SWT menurunkan firman-Nya sebagai berikut :

قَدْ سَمِعَ اللهُ قَوْلَ الَّتِيْ تُجَادِلُكَ فِيْ زَوْجِهَا وَ تَشْتَكِيْ اِلَى اللهِ وَ اللهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا، اِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ. المجادلة:1

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (1).

الَّذِيْنَ يُظهِرُوْنَ مِنْكُمْ مّنْ نّسَآئِهِمْ مَّا هُنَّ اُمَّهتِهِمْ، اِنْ اُمَّهتُهُمْ اِلاَّ الّئِيْ وَلَدْنَهُمْ، وَ اِنَّهُمْ لَيَقُوْلُوْنَ مُنْكَرًا مّنَ اْلقَوْلِ وَزُوْرًا، وَ اِنَّ اللهَ لَعَفُوٌّ غَفُوْرٌ. . المجادلة:2

Orang-orang yang mendzihar istrinya diantara kamu, (menganggap istrinya sebagai ibunya, padahal) tiadalah istri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan yang munkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun (2).

وَ الَّذِيْنَ يُظهِرُوْنَ مِنْ نّسَآئِهِمْ ثُمَّ يَعُوْدُوْنَ لِمَا قَالُوْا فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مّنْ قَبْلِ اَنْ يَّتَمَآسَّا، ذلِكُمْ تُوْعَظُوْنَ بِه، وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ. . المجادلة:3

Dan orang-orang yang mendhihar istri-istri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang telah mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (3)

فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّتَمَآسَّا، فَمَنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ فَاِطْعَامُ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًا، ذلِكَ لِتُؤْمِنُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِه، وَ تِلْكَ حُدُوْدُ اللهِ، وَ لِلْكفِرِيْنَ عَذَابٌ اَلِيْمٌ. المجادلة:4

Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksa yang sangat pedih (4). [QS. Al-Mujadalah]

Asbabun Nuzul ayat ini sehubungan dengan persoalan seorang wanita yang bernama Khaulah binti Tsa’labah yang telah didhihar suaminya (Aus bin Shamit), yaitu dengan mengatakan kepada istrinya, “Kamu bagiku sudah seperti punggung ibuku”. Dengan maksud dia tidak boleh lagi menggauli istrinya, sebagaimana ia tidak boleh menggauli ibunya. Menurut adat jahiliyah, kalimat dhihar seperti itu sudah sama dengan menthalaq istrinya. Maka Khaulah mengadukan peristiwa yang dialaminya kepada Rasulullah SAW. Rasulullah dalam hal ini menjawab bahwa belum ada keputusan dari Allah.

Dan dalam riwayat yang lain Rasulullah SAW mengatakan, “Engkau telah diharamkan bersetubuh dengan dia”. Lalu Khaulah berkata,“Suamiku belum menyebut kata-kata thalaq”. Kemudian Khaulah berulang-ulang mendesak kepada Rasulullah supaya menetapkan suatu keputusan dalam hal ini, sehingga turunlah ayat diatas.

عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ رَجُلاً اَتَى النَّبِيَّ ص قَدْ ظَاهَرَ مِنِ امْرَأَتِهِ، فَوَقَعَ عَلَيْهَا فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنِّى ظَاهَرْتُ امْرَأَتِى فَوَقَعْتُ عَلَيْهَا قَبْلَ اَنْ اُكَفِّرَ، فَقَالَ: مَا حَمَلَكَ عَلَى ذلِكَ؟ يَرْحَمُكَ اللهُ. قَالَ: رَأَيْتُ خَلْخَالَهَا فِى ضَوْءِ اْلقَمَرِ. قَالَ: فَلاَ تَقْرَبَهَا حَتَّى تَفْعَلَ مَا اَمَرَكَ اللهُ. الخمسة الا احمد وصححه الترمذى

Dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas, bahwa sesungguhnya ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW (menerangkan bahwa) ia telah mendhihar istrinya, lalu ia mencampurinya. Kemudian ia bertanya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku telah mendhihar istriku, lalu aku mencampurinya sebelum aku membayar kafarat (maka apakah yang harus aku lakukan) ?”. Nabi SAW bertanya, “Semoga Allah merahmatimu. Apakah yang mendorongmu berbuat demikian itu ?”. Ia menjawab, “Aku melihat gelang kakinya dalam sinar bulan”. Nabi SAW bersabda, “Hendaklah engkau tidak mendekatinya sehingga engkau laksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadamu”. [HR. Khamsah kecuali Ahmad dan dishahihkan oleh Tirmidzi]

عَنْ اَبِى سَلَمَةَ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ صَخْرٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص اَعْطَاهُ مِكْتَلاً فِيْهِ خَمْسَةَ عَشَرَ صَاعًا فَقَالَ: اَطْعِمْهُ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًا، وَ ذلِكَ لِكُلِّ مِسْكِيْنٍ مُدٌّ. الدارقطنى و للترمذى معناه

Dari Abu Salamah dari Salamah bin Shakhr, bahwa sesungguhnya Nabi SAW memberinya seonggok (kurma) yang berisikan lima belas sha’, lalu ia bersabda, “Berikanlah kepada enam puluh orang miskin dan untuk setiap orang satu mud”. [HR. Daruquthni, dan Tirmidzi meriwayatkan yang semakna dengan itu]

  1. Tentang Li’an

Li’an menurut bahasa artinya saling melaknat. Adapun menurut syara’adalah : Apabila suami menuduh istri berbuat zina atau tidakmengakui anak yang dilahirkan itu sebagai anaknya sedangkan diatidak mempunyai empat orang saksi dalam tuduhannya itu, makamasing-masing (suami-istri) harus bersumpah sebagaimana yang Allah jelaskan dalam QS. An-Nuur ayat 6-9 sebagai berikut :

وَ الَّذِيْنَ يَرْمُوْنَ اَزْوَاجَهُمْ وَ لَمْ يَكُنْ لَّهُمْ شُهَدَآءُ اِلاَّ اَنْفُسُهُمْ فَشَهَادَةُ اَحَدِهِمْ اَرْبَعُ شَهدتٍ بِاللهِ اِنَّه لَمِنَ الصّدِقِيْنَ. وَ اْلخَامِسَةُ اَنَّ لَعْنَتَ اللهِ عَلَيْهِ اِنْ كَانَ مِنَ اْلكذِبِيْنَ. النور:6-7

Dan orang-orang yang menuduh isrinya (berzina), padahal merekatidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, makapersaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah,sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima, bahwa la’nat Allah atasnya, jika dia termasukorang-orang yang berdusta. [QS. An-Nuur : 6-7]

وَ يَدْرَؤُا عَنْهَا اْلعَذَابَ اَنْ تَشْهَدَ اَرْبَعَ شَهدتٍ بِاللهِ اِنَّه لَمِنَ اْلكذِبِيْنَ. وَ اْلخَامِسَةَ اَنَّ عَذَابَ اللهِ عَلَيْهَا اِنْ كَانَ مِنَ الصّدِقِيْنَ. النور:8-9

Dan istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kaliatas nama Allah, sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasukorang-orang yang dusta. Dan (sumpah) yang kelima, bahwa laknatAllah atasnya, jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar.[QS. An-Nuur : 8-9]

عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ رَجُلاً لاَعَنَ امْرَأَتَهُ وَ انْتَفَى مِنْ وَلَدِهَا، فَفَرَّقَ رَسُوْلُ اللهِ ص بَيْنَهُمَا وَ اَلْحَقَ اْلوَلَدَ بِاْلمَرْأَةِ. الجماعة

Dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar, bahwasanya ada seorang laki-laki yangmenuduh istrinya berzina lalu berbuat li’an dan ia tidak mengakui anakyang dilahirkan istrinya, kemudian Rasulullah SAW memisahkanantara keduanya dan menghubungkan anak tersebut kepada ibunya. [HR. Jamaah].

عَنْ سَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ اَنَّهُ قَالَ لِعَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ: يَا اَبَا عَبْدِ الرَّحْمنِ، اْلمُتَلاَعِنَانِ اَ يُفَرَّقُ بَيْنَهُمَا؟ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ، نَعَمْ. اِنَّ اَوَّلَ مَنْ سَأَلَ عَنْ ذلِكَ فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ. قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَرَأَيْتَ لَوْ وَجَدَ اَحَدُنَا امْرَأَتَهُ عَلَى فَاحِشَةٍ كَيْفَ يَصْنَعُ؟ اِنْ تَكَلَّمَ تَكَلَّمَ بِاَمْرٍ عَظِيْمٍ. وَ اِنْ سَكَتَ سَكَتَ عَلَى مِثْلِ ذلِكَ. قَالَ: فَسَكَتَ النَّبِيُّ ص، فَلَمْ يُجِبْهُ، فَلَمَّا كَانَ بَعْدَ ذلِكَ اَتَاهُ فَقَالَ: اِنَّ الَّذِى سَأَلْتُكَ عَنْهُ ابْتُلِيْتُ بِهِ. فَاَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ هذِهِ اْلايتِ فِى سُوْرَةِ النُّوْرِ { وَ الَّذِيْنَ يَرْمُوْنَ اَزْوَاجَهُمْ} فَتَلاَهُنَّ عَلَيْهِ وَ وَعَظَهُ وَ ذَكَّرَهُ وَ اَخْبَرَهُ اَنَّ عَذَابَ الدُّنْيَا اَهْوَنُ مِنْ عَذَابِ اْلآخِرَةِ، فَقَالَ: لاَ، وَ الَّذِى بَعَثَكَ بِاْلحَقِّ نَبِيًّا مَا كَذَبْتُ عَلَيْهَا.ثُمَّ دَعَاهَا وَ وَعَظَهَا وَ اَخْبَرَهَا اَنَّ عَذَابَ الدُّنْيَا اَهْوَنُ مِنْ عَذَابِ اْلآخِرَةِ. فَقَالَ لاَ، وَ الَّذِى بَعَثَكَ بِاْلحَقِّ  نَبِيًّا اِنَّهُ لَكَاذِبٌ. فَبَدَأَ بِالرَّجُلِ، فَشَهِدَ اَرْبَعَ شَهَادَاتٍ بِاللهِ. اِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِيْنَ. وَ اْلخَامِسَةَ اَنَّ لَعْنَةَ اللهِ عَلَيْهِ اِنْ كَانَ مِنَ اْلكَاذِبِيْنَ. ثُمَّ ثَنَى بِاْلمَرْأَةِ فَشَهِدَتْ اَرْبَعَ شَهَادَاتٍ بِاللهِ. اِنَّهُ لَمِنَ اْلكَاذِبِيْنَ وَ اْلخَامِسَةَ اَنَّ غَضَبَ اللهِ عَلَيْهَا اِنْ كَانَ مِنَ الصَّادِقِيْنَ. ثُمَّ فَرَّقَ بَيْنَهُمَا. احمد و البخارى و مسلم

Dari Sa’id bin Jubair, bahwa ia pernah bertanya kepada Abdullah binUmar, “Hai Abu Abdurrahman, apakah suami istri yang telah berli’anitu harus diceraikan antara keduanya ?”. Ia menjawab, “Subhaanallaah, ya !. Sesungguhnya pertama kali orang yangbertanya tentang hal itu adalah Fulan bin Fulan”. Ia bertanya, “YaRasulullah, bagaimana pendapatmu kalau salah seorang di antarakami ini mendapati istrinya berbuat zina, apakah yang harus ialakukan ? Jika ia berbicara berarti berbicara tentang urusan besar danjika ia diam berarti ia mendiamkan perkara besar juga”. Ibnu Umarberkata, “Kemudian Nabi SAW diam, tidak menjawabnya”. Kemudiania datang lagi kepada Nabi SAW lalu berkata, “Sesungguhnya yangkutanyakan kepadamu itu menimpa diriku sendiri”. Lalu Allah ‘Azzawa Jalla menurunkan ayat-ayat dalam surat An-Nuur “Dan orang-orang yang menuduh istri-istrinya (berzina) ….”. Kemudian Nabi SAWmembacakan ayat-ayat tersebut kepadanya dan menasehatinya sertamengingatkannya dan memberitahu, bahwa adzab di dunia itu lebihringan daripada adzab di akhirat. Lalu orang itu berkata, “Tidak ! DemiDzat yang mengutusmu sebagai Nabi dengan benar, aku tidakberdusta atas istriku”. Kemudian Nabi SAW memanggil istri orang ituseraya menasehatinya dan memberitahu, bahwa adzab di dunia itulebih ringan daripada adzab di akhirat. Perempuan itu kemudianberkata, “Tidak ! Demi Dzat yang mengutusmu sebagai Nabi denganbenar, suamiku itu dusta”. Lalu Nabi SAW memulai dari si laki-laki.Laki-laki itu bersumpah dengan nama Allah empat kali bahwa diasungguh di pihak yang benar, dan ke limanya semoga laknat Allahakan menimpa dirinya jika ia berdusta. Lalu RasulullahSAW beralihkepada si wanita, kemudian wanita itu bersaksi dengan nama Allahempat kali bahwa sesungguhnya suaminya itu berdusta, dankelimanya semoga murka Allah ditimpakan kepadanya jika suaminyaitu benar. Lalu beliau menceraikan keduanya. [HR. Ahmad, Bukharidan Muslim]

Catatan :

Tentang dhihar dan li’an ini, di depan sudah kami kemukakan, namundi sini perlu kami ungkap kembali secara ringkas karena adahubungannya dengan masalah thalaq.

 

Sumber:

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/33-tentang-khulu.html

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/34-tentang-iiaa.html

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/35-tentang-dhihar.html

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/36-tentang-lian.html

Kitab Nikah:tentang ‘azl (coitus interuptus/senggama terputus), dan main-main dalam thalaq

  1. Tentang ‘azl

عَنْ جَابِرٍ رض قَالَ: كُنَّا نَعْزِلُ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ص وَ اْلقُرْآنُ يَنْزِلُ. احمد و البخارى و مسلم

Dari Jabir RA, ia berkata, “Kami pernah melakukan ‘azl di masaRasulullah SAW, sedang Al-Qur’an masih turun”. [HR. Ahmad,Bukhari dan Muslim]

و لمسلم: كُنَّا نَعْزِلُ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ص فَبَلَغُ ذلِكَ نَبِيَّ اللهِ ص فَلَمْ يَنْهَنَا

Dan bagi Muslim (dikatakan), “Kami pernah ‘azl di masa RasulullahSAW, kemudian sampailah hal itu kepada Nabiyullah SAW, tetapibeliau tidak mencegah kami”.

عَنْ جَابِرٍ رض اَنَّ رَجُلاً اَتَى رَسُوْلَ اللهِ ص فَقَالَ: اِنَّ لِى جَارِيَةً، هِيَ خَادِمَتُنَا وَ سَانِيَتُنَا فِى النَّخْلِ وَ اَنَا اَطُوْفُ عَلَيْهَا. وَ اَكْرَهُ اَنْ تَحْمِلَ، فَقَالَ: اِعْزِلْ عَنْهَا اِنْ شِئْتَ فَاِنَّهُ سَيَأْتِيْهَا مَا قُدِّرَ لَهَا. احمد و مسلم و ابو داود

Dari Jabir RA, bahwasanya ada seorang laki-laki datang kepadaRasulullah SAW lalu bertanya, “Sesungguhnya kami mempunyaiseorang jariyah, ia adalah wanita hamba kami dan penyiram kebunkurma kami dan aku menggilirnya tetapi aku tidak ingin dia hamil”.Lalu Nabi SAW bersabda, “Lakukanlah ‘azl terhadapnya jika kamumau, karena sesungguhnya akan tibalah kepada wanita itu apa yangditaqdirkan oleh Allah padanya”. [HR. Ahmad, Muslim dan AbuDawud]

عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ رض قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص فِى غَزْوَةِ بَنِى اْلمُصْطَلِقِ فَاَصَبْنَا سَبَايَا مِنَ اْلعَرَبِ فَاشْتَهَيْنَا النِّسَاءَ وَ اشْتَدَّتْ عَلَيْنَا اْلعُزْبَةُ وَ اَحْبَبْنَا اْلعَزْلَ فَسَاَلْنَا عَنْ ذلِكَ رَسُوْلَ اللهِ ص فَقَالَ: مَا عَلَيْكُمْ اَنْ لاَ تَفْعَلُوْا، فَاِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ قَدْ كَتَبَ مَا هُوَ خَالِقٌ اِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ. احمد و البخارى و مسلم

Dari Abu Sa’id RA, ia berkata : Aku pernah keluar bersamaRasulullah SAW dalam perang Banil Mushthaliq, lalu kamimemperoleh tawanan-tawanan dari orang-orang Arab, kemudiankami mempunyai keinginan kepada para wanita, sedang kami sangatberat membujang dan kami suka ‘azl lalu kami tanyakan hal itukepada Rasulullah SAW, maka jawab beliau, “Mengapa kamu tidakmelakukannya, karena Allah ‘Azza wa Jalla benar-benar telahmenentukan apa yang akan Dia ciptakan sampai yaumul qiyamah”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]

  1. Main-main dalam thalaq

وَ اِنْ عَزَمُوا الطَّلاَقَ فَاِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ. البقرة:227

Dan jika mereka ber’azam (bertetap hati untuk) thalaq, makasesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengatahui. [QS. Al-Baqarah : 227]

لاَ يُؤَاخِذُكُمُ اللهُ بِاللَّغْوِ فِيْ اَيْمَانِكُمْ وَ لكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوْبُكُمْ، وَ اللهُ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ. البقرة:225

Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidakdimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamudisebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) olehhatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. [QS. Al-Baqarah : 225]

لاَ يُؤَاخِذُكُمُ اللهُ بِاللَّغْوِ فِيْ اَيْمَانِكُمْ وَ لكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُّمُ اْلاَيْمَانَ . المائدة:89

Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yangtidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamudisebabkan sumpah-sumpah yang kamu segaja, [QS. Al-Maaidah : 89]

قَالَ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّابِ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اِنَّمَا اْلاَعْمَالُ بِالنّيَّاتِ وَ اِنَّمَا لِكُلّ امْرِئٍ مَا نَوَى…. الجماعة

‘Umar bin Khaththab berkata : Aku mendengar Rasulullah SAWbersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya dansesungguhnya tiap-tiap sesuatu tergantung apa yang diniatkan”. [HR.Jama’ah]

عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: لاَ طَلاَقَ وَ لاَ عَتَاقَ فِى اِغْلاَقٍ. احمد و ابو داود و ابن ماجه فى نيل الاوطار 6:264

Dari ‘Aisyah RA, ia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah SAWbersabda, “Tidak ada thalaq dan tidak ada memerdekakan budakdalam keadaan tidak normal akal”. [HR. Ahmad, Abu Dawud danIbnu Majah, dalam Nailul Authar juz 6, hal. 264]

وَ قَالَ عُثْمَانُ: لَيْسَ لِلْمَجْنُوْنِ وَ لاَ سَكْرَانَ طَلاَقٌ. البخارى

Dan ‘Utsman berkata, “Tidak ada thalaq bagi orang yang majnun(gila) dan orang yang sedang mabuk”. [HR. Bukhari]

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: طَلاَقُ السَّكْرَانِ وَ اْلمُسْتَكْرَهِ لَيْسَ بِجَائِزٍ. وَ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: فِيْمَنْ يُكْرِهُهُ اللُّصُوْصُ فَيُطَلّقُ، فَلَيْسَ بِشَيْءٍ. البخارى، فى نيل الاوطار 6:265

Ibnu ‘Abbas berkata, “Thalaqnya orang yang mabuk dan orang yangdipaksa itu tidak sah”. Dan Ibnu ‘Abbas berkata tentang orang yangdipaksa oleh orang-orang jahat (untuk menthalaq istrinya) lalu ia punmenthalaqnya, maka hal itu tidak apa-apa (tidak jatuh thalaqnya). [HR. Bukhari, dalam Nailul Authar juz 6, hal. 265]

قَالَ عَلِيٌّ: كُلُّ الطَّلاَقِ جَائِزٌ اِلاَّ طَلاَقَ اْلمَعْتُوْهِ. البخارى فى صحيحه

Ali RA berkata : Setiap thalaq dipandang jatuh kecuali thalaqnyaorang yang tidak normal akalnya”. [HR. Bukhari dalam kitabshahihnya]

عَنْ قُدَامَةَ بْنِ اِبْرَاهِيْمَ اَنَّ رَجُلاً عَلَى عَهْدِ عُمَرَ بْنِ اْلخَطَّابِ تَدَلَّى يَشْتَارُ عَسَلاً فَاَقْبَلَتِ امْرَأَتُهُ فَجَلَسَتْ عَلَى اْلحَبْلِ فَقَالَتْ لِيُطَلّقَنَّهَا ثَلاَثًا وَ اِلاَّ قَطَعَتِ اْلحَبْلَ. فَذَكَّرَهَا اللهَ وَ اْلاِسْلاَمَ فَاَبَتْ. فَطَلَّقَهَا ثَلاَثًا. ثُمَّ خَرَجَ اِلَى عُمَرَ فَذَكَرَ ذلِكَ لَهُ، فَقَالَ: اِرْجِعْ اِلَى اَهْلِكَ، فَلَيْسَ هذَا بِطَلاَقٍ. سعيد بن منصور و ابو عبيد القاسم بن سلام، فى نيل الاوطار 6:265

Dari Qudamah bin Ibrahim, bahwasanya ada seorang laki-laki dijaman ‘Umar bin Khaththab menggantung pada tali untuk mengambilmadu lebah, lalu istrinya menghadap kepadanya sambil duduk diatastali tersebut seraya meminta supaya suaminya menthalaqnya tiga kali (sekaligus) dan jika tidak maka tali itu akan ia potong. Kemudiansuaminya mengingatkannya supaya ia ingat kepada Allah dan Islam,tetapi perempuan itu tetap menolak, lalu laki-laki itu menthalaqnya tigakali (sekaligus). Kemudian orang laki-laki itu pergi menemui ‘Umarmenyampaikan hal itu kepadanya. Maka ‘Umar berkata, “Kembalilahkepada istrimu, karena yang begini ini bukan thalaq”. [HR. Sa’d binManshur dan Abu ‘Ubaid Al-Qashim bin Salam, dalam Nailul Autharjuz 6, hal. 265]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: ثَلاَثٌ جِدُّهُنَّ جِدٌّ وَ هَزْلُهُنَّ جِدٌّ: النّكَاحُ وَ الطَّلاَقُ وَ الرَّجْعَةُ. الخمسة الا النسائى و قال الترمذى خديث حسن غريب

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Adatiga perkara, sungguh-sungguh jadi sungguhan dan main-main jadisungguhan. Yaitu nikah, thalaq dan ruju’ ”. [HR. Khamsah kecualiNasai, dan Tirmidzi mengatakan, “Hadits hasan gharib]

قَالَ فُضَالَةُ بْنُ عُبَيْدٍ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: ثَلاَثٌ لاَ يَجُوْزُ فِيْهِنَّ اللَّعِبُ: اَلطَّلاَقُ وَ النّكَاحُ وَ اْلعِتْقُ. الطبرانى، ضعيف

Dari Fudlalah bin ‘Ubaid, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Adatiga perkara yang tidak boleh dibuat permainan, yaitu thalaq, nikahdan memerdekakan budak”. [HR. Thabrani, dla’if karena di dalamsanadnya ada Ibnu Lahi’ah yang dilemahkan oleh ahli hadits]

و للحارث بن ابى اسامة من حديث عبادة بن الصامت رفعه: لاَ يَجُوْزُ اللَّعِبُ فِيْ ثَلاَثٍ: اَلطَّلاَقُ وَالنّكَاحُ وَاْلعِتَقُ. فَمَنْ قَالَهُنَّ فَقَدْ وَجَبْنَ. سنده ضعيف

Dan bagi Harits bin Abu Usamah dari hadits ‘Ubadah bin Shamit, iamerafa’kannya (hadits itu dari Rasulullah SAW), “Tidak boleh untukmain-main dalam tiga perkara, yaitu thalaq, nikah dan memerdekakanbudak. Dan barangsiapa yang mengucapkannya, maka jadilah”. [Sanadnya dla’if, dalam Bulughul Maram hadits no. 1111]

عَنْ اَبِى ذَرّ رَفَعَهُ: مَنْ طَلَّقَ وَ هُوَ لاَعِبٌ فَطَلاَقُهُ جَائِزٌ. وَ مَنْ اَعْتَقَ وَ هُوَ لاَعِبٌ فَعِتْقُهُ جَائِزٌ. وَ مَنْ نَكَحَ وَ هُوَ لاَعِبٌ فَنِكَاحُهُ جَائِزٌ. عبد الرزاق و فى اسناده انقطاع، فى نيل الاوطار 6:264

Dari Abu Dzarr, ia merafa’kannya, “Barangsiapa menthalaq denganmain-main, maka thalaqnya itu jadi, dan barangsiapa memerdekakanbudak dengan main-main, maka kemerdekaan itu jadi, danbarangsiapa menikah dengan main-main, maka nikahnya itu jadi”. [HR. Abdur Razzaq, munqathi’ (terputus), dalam Nailul Authar juz 6,hal. 264]

Keterangan tentang thalaq:

  1. Dari dalil-dalil diatas menunjukkan bahwa thalaq yang sah adalah thalaq yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dan thalaq yangdilakukan dengan main-main atau diwaktu tidak sadar atau tidak normal akalnya atau dipaksa, adalah tidak sah.
  2. Adapun maksud hadits yang menyatakan “Ada tiga perkara,sungguh-sungguh jadi sungguhan, dan main-main jadi sungguhan…” maksudnya adalah, “Thalaq, nikah, dan memerdekakan budak maupun ruju’ adalah merupakan urusan yang besar, maka tidak boleh orang main-main dengan ketiga hal tersebut. Maka apabila akan melakukan ketiga perkara tersebut hendaklah melakukannya dengan serius (sungguh-sungguh).

 

Sumber:

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/31-tentang-azl.html

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/32-main-main-dalam-thalaq.html

Kitab Nikah: pergaulan dan hak-hak suami istri dan larangan menggauli istri pada duburnya

  1. Pergaulan dan hak-hak suami istri

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، وَ اِسْتَوْصُوْا بِالنّسَاءِ خَيْرًا، فَاِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ، وَ اِنَّ اَعْوَجَ شَيْءٍ فِى الضّلَعِ اَعْلاَهُ، فَاِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهُ، وَ اِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ اَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوْا بِالنّسَاءِ خَيْرًا. متفق عليه و اللفظ للبخارى و لمسلم: فَاِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اِسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَ بِهَا عِوَجٌ، وَ اِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهَا كَسَرْتَهَا، وَ كَسْرُهَا طَلاَقُهَا.

Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW beliau bersabda, “Barangsiapaberiman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah menyakititetangganya. Dan nasehatilah wanita-wanita kalian dengan baik,karena mereka itu diciptakan dari tulang rusuk, sedangkan tulangrusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Jika kalianmeluruskannya niscaya kalian mematahkannya, dan jika kalianmembiarkannya, ia tetap bengkok. Maka nasehatilah wanita-wanitakalian dengan baik”. [HR. Muttafaq ‘alaih, dan lafadh itu bagi Bukhari]

Dan bagi Muslim (sabda beliau), “Jika kamu mengambil kesenangandengannya, kamu akan mendapat kesenangan dalam keadaan iabengkok. Dan jika kamu meluruskannya, niscaya kamu menyebabkanpatahnya. Dan patahnya itu berarti thalaqnya”.

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً، اِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ. احمد و مسلم

Dari Abu Hurairah, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah seorang mukmin membenci (istrinya) yang mukminah, (sebab) jika ia tidak menyukai sebagian perangainya, maka ia akanmenyukai perangainya yang lain”. [HR. Ahmad dan Muslim]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَكْمَلُ اْلمُؤْمِنِيْنَ اِيْمَانًا اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. وَ خِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ. احمد و الترمذى و صححه

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesempurna-sempurna iman orang mukmin adalah yang paling baikakhlaqnya diantara mereka dan orang paling baik diantara kalian ialahorang yang paling baik terhadap istrinya”. [HR. Ahmad dan Tirmidzidan Tirmidzi mengesahkannya]

عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ ِلاَهْلِهِ، وَ اَنَا خَيْرُكُمْ ِلاَهْلِى. الترمذى و صححه

Dari Aisyah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baikorang diantara kalian ialah orang yang paling baik terhadap istrinyadan aku adalah orang yang paling baik diantara kalian terhadapistriku”. [HR. Tirmidzi dan ia mengesahkannya]

عَنْ عَمْرِو بْنِ اْلاَحْوَصِ اَنَّهُ شَهِدَ حَجَّةَ اْلوَدَاعِ مَعَ النَّبِيّ ص، فَحَمِدَ اللهَ وَ اَثْنَى عَلَيْهِ وَ ذَكَرَ وَ وَعَظَ ثُمَّ قَالَ: اِسْتَوْصُوْا بِالنّسَاءِ خَيْرًا، فَاِنَّمَا هُنَّ عِنْدَكُمْ عَوَانٌ لَيْسَ تَمْلِكُوْنَ مِنْهُنَّ شَيْئًا غَيْرَ ذلِكَ اِلاَّ اَنْ يَأْتِيْنَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيّنَةٍ، فَاِنْ فَعَلْنَ فَاهْجُرُوْهُنَّ فِى اْلمَضَاجِعِ وَ اضْرِبُوْهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرّجٍ، فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلاَ تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلاً، اِنَّ لَكُمْ مِنْ نِسَائِكُمْ حَقًّا، وَ لِنِسَائِكُمْ عَلَيْكُمْ حَقًّا، فَاَمَّا حَقُّكُمْ عَلَى نِسَائِكُمْ فَلاَ يُوْطِئْنَ فُرُشَكُمْ مَنْ تَكْرَهُوْنَ، وَ لاَ يَأْذَنَّ فِى بُيُوْتِكُمْ لِمَنْ تَكْرَهُوْنَ، اَلآ وَ حَقُّهُنَّ عَلَيْكُمْ اَنْ تُحْسِنُوْا اِلَيْهِنَّ فِى كِسْوَتِهِنَّ وَ طَعَامِهِنَّ. ابن ماجه و الترمذى و صححه

Dari ‘Amr bin Ahwash, bahwa ia ikut serta dalam haji wada’ bersamaNabi SAW. Kemudian beliau memuji kepada Allah dan menyanjung-Nya, berdzikir dan memberikan washiyat, lalu beliau bersabda, “Nasehatilah para wanita dengan baik, karena sesungguhnya merekaitu bagi kalian hanyalah (ibarat) orang-orang tawanan, dimana kaliantidak boleh menyakiti mereka itu sedikitpun, kecuali jika merekamelakukan kekejian yang nyata. Jika mereka melakukannya, makajauhilah mereka dari tempat tidur dan pukullah dengan pukulan yangtidak membahayakan. Kemudian kalau mereka sudah thaat kepadakalian, janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyakiti mereka,sebab sesungguhnya kalian mempunyai hak pada istri kalian dan istrikalianpun mempunyai hak pada kalian. Adapun hak kalian pada istri-istri kalian ialah mereka tidak mempersilahkan orang yang kalianbenci menginjak tempat tidur kalian, dan mereka tidak mengizinkankepada orang yang tidak kalian sukai untuk masuk rumah kalian. Daningatlah, hak mereka pada kalian ialah kalian memberi pakaian danmakan yang layak bagi mereka”. [HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi, danTirmidzi mengesahkannya]

عَنْ مُعَاوِيَةَ اْلقُشَيْرِيّ اَنَّ النَّبِيَّ ص سَأَلَهُ رَجُلٌ: مَا حَقُّ اْلمَرْأَةِ عَلَى الزَّوْجِ؟ قَالَ: تُطْعِمُهَا اِذَا طَعِمْتَ، وَ تَكْسُوْهَا اِذَا اكْتَسَيْتَ، وَ لاَ تَضْرِبِ اْلوَجْهَ، وَ لاَ تُقَبّحْ، وَ لاَ تَهْجُرْ اِلاَّ فِى اْلبَيْتِ. احمد و ابو داود و ابن ماجه

Dari Mu’awiyah Al-Qusyairiy, bahwa sesungguhnya Nabi SAWditanya oleh seorang laki-laki, “Apa hak seorang istri pada suaminya?”. Beliau menjawab, “Engkau memberinya makan apabila engkaumakan dan engkau memberinya pakaian apabila engkau berpakaian,janganlah memukul wajah, jangan mencaci maki dan janganlahengkau meninggalkannya melainkan di dalam rumah”. [HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah]

عَنْ اُمّ سَلَمَةَ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَ زَوْجُهَا رَاضٍ عَنْهَا دَخَلَتِ اْلجَنَّةَ. ابن ماجه و الترمذى و قال حديث حسن غريب

Dari Umu Salamah RA, bahwa sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Siapasaja wanita yang meninggal dunia sedang suaminya ridlaterhadapnya maka ia masuk surga”. [HR. Ibnu Majah dan Tirmidzidan Tirmidzi berkata : Hadits ini Hasan Gharib]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ اِلَى فِرَاشِهِ فَاَبَتْ اَنْ تَجِيْءَ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا اْلمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ. متفق عليه

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur, lalu istrinyaitu menolak, kemudian si suami tidur semalam dalam keadaan marahkepadanya, maka ia dilaknat oleh para malaikat sampai shubuh”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: لَوْ كُنْتُ آمِرًا اَحَدًا اَنْ يَسْجُدَ ِلاَحَدٍ َلاَمَرْتُ اْلمَرْأَةَ اَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا. الترمذى و قال: حديث حسن غريب

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Sekiranya aku(boleh) menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang, tentu akusuruh istri untuk sujud kepada suaminya”. [HR. Tirmidzi dan iaberkata : Hadits hasan gharib]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ اَنْ تَصُوْمَ وَ زَوْجُهَا شَاهِدٌ اِلاَّ بِاِذْنِهِ. متفق عليه

Dari Abu Hurairah, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Tidak boleh wanita berpuasa sedang suaminya berada di rumahmelainkan dengan idzinnya”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]

  1. Larangan menggauli istri pada duburnya

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَلْعُوْنٌ مَنْ اَتَى اْلمَرْأَةَ فِى دُبُرِهَا. احمد و ابو داود

Dari Abu Hurairah RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Terlaknatlah orang yang menggauli wanita pada duburnya”. [HR. Ahmad dan Abu Dawud]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ اَتَى حَائِضًا اَوِ امْرَأَةً فِى دُبُرِهَا اَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا اُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ ص. احمد و الترمذى

Dan dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menggauli wanita yang sedang haidl ataumenggauli wanita pada duburnya atau (mendatangi) juru ramal lalumempercayainya, maka benar-benar ia telah kufur terhadap apa yangditurunkan kepada Muhammad SAW”. [HR. Ahmad dan Tirmidzi]

عَنْ خُزَيْمَةَ بْنِ ثَابِتٍ: اَنَّ النَّبِيَّ ص نَهَى اَنْ يَأْتِيَ الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ فِى دُبُرِهَا. احمد و بن ماجه

Dari Khuzaimah bin Tsabit, bahwasanya Nabi SAW melarang laki-lakimenggauli istrinya pada duburnya. [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: فِى الَّذِيْ يَأْتِى امْرَأَتَهُ فِيْ دُبُرِهَا: هِيَ اللُّوْطِيَّةُ الصُّغْرَى. احمد

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari datuknya, bahwasanya NabiSAW bersabda tentang orang yang menggauli istrinya padaduburnya, “Itu hampir menyerupai amaliah kaum Luth”. [HR. Ahmad]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ يَنْظُرُ اللهُ اِلَى رَجُلٍ اَتَى رَجُلاً اَوِ امْرَأَةً فِى الدُّبُرِ. الترمذى و قال حديث غريب

Dari Ibnu ‘Abbas RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Allahtidak mau melihat kepada laki-laki yang mengumpuli sesama laki-lakiatau menggauli wanita pada duburnya”. [HR. Tirmidzi dan ia berkata :Hadits ini Gharib]

عَنْ جَابِرٍ اَنَّ يَهُوْدَ كَانَتْ تَقُوْلُ: اِذَا اُتِيَتِ اْلمَرْأَةُ مِنْ دُبُرِهَا ثُمَّ حَمَلَتْ كَانَ وَلَدُهَا اَحْوَلَ. قَالَ: فَنَزَلَتْ: نِسَآؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ اَنّى شِئْتُمْ. الجماعة الا النسائى

Dari Jabir, bahwasanya orang-orang Yahudi berkata, “Apabilaseorang wanita digauli dari belakangnya, kemudian hamil, makaanaknya akan lahir dalam keadaan juling”. Jabir berkata, “Laluturunlah (ayat) “Istri-istrimu itu laksana tanah tempat  kamu bercocoktanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu (dengancara) bagaimana saja kamu kehendaki”. (QS. Al-Baqarah : 223) [HR.Jamaah kecuali Nasai]

عَنْ اُمِّ سَلَمَةَ عَنِ النَّبِيِّ ص فِى قَوْلِهِ تَعَالَى: نِسَآؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ اَنّى شِئْتُمْ، يَعْنِى صِمَامًا وَاحِدًا. احمد و الترمذى و قال: حديث حسن

Dari Umi Salamah, dari Nabi SAW tentang firman Allah, “Istri-istrimuitu laksana tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilahtanah tempat bercocok tanammu itu (dengan cara) bagaimana sajakamu kehendaki”, yakni pada lubang yang satu (itu)”. [HR. Ahmaddan Tirmidzi dan Tirmidzi berkata : Hadits ini Hasan]

Sumber:

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/29-pergaulan-dan-hak-hak-suami-istri.html

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/30-larangan-menggauli-istri-pada.html

 

 

 

Kitab Nikah: boleh memeberikan hari gilirannya pada madunya, larangan membicarakan persetubuhan suami-istri, dan doa bercampur akan suami-istri

  1. Boleh memberikan hari gilirannya kepada madunya.

عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّ سَوْدَةَ بِنْتَ زَمْعَةَ وَهَبَتْ يَوْمَهَا لِعَائِشَةَ فَكَانَ النَّبِيُّ ص يَقْسِمُ لِعَائِشَةَ يَوْمَهَا وَ يَوْمَ سَوْدَةَ. احمد و البخارى و مسلم

Dari ‘Aisyah, bahwa sesungguhnya Saudah binti Zam’ah memberikanhari (gilirannya) kepada ‘Aisyah, maka Nabi SAW menggilir ‘Aisyahpada harinya (sendiri) dan harinya Saudah. [HR. Ahmad, Bukhari danMuslim].

عَنْ عَائِشَةَ فِى قَوْلِهِ تَعَالَى وَ اِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِنْ بَعْلِهَا نُشُوْزًا اَوْ اِعْرَاضًا، قَالَتْ: هِيَ اْلمَرْأَةُ تَكُوْنُ عِنْدَ الرَّجُلِ لاَ يَسْتَكْثِرُ مِنْهَا فَيُرِيْدُ طَلاَقَهَا وَ يَتَزَوَّجُ غَيْرَهَا تَقُوْلُ لَهُ: اَمْسِكْنِى وَ لاَ تُطَلّقْنِى، ثُمَّ تَزَوَّجْ غَيْرِى، وَ اَنْتَ فِى حِلّ مِنَ النَّفَقَةِ عَلَيَّ وَ اْلقَسْمِ لِى فَذلِكَ قَوْلُهُ.فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا اَنْ يُّصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا، وَّ الصُّلْحُ خَيْرٌ. احمد و البخارى و مسلم

Dari ‘Aisyah tentang firman Allah Ta’ala “Dan jika seorang wanitakhawatir akan nusyuz (meninggalkan kewajiban bersuami istri)atau sikap tidak acuh dari suaminya”. (QS. An-Nisaa’ : 128), ‘Aisyah berkata, “Dia adalah wanita yang berada di bawah laki-lakiyang tidak banyak permintaannya kepada istrinya, kemudian iabermaksud menthalaqnya dan mengawini wanita lain. Berkatalahwanita itu kepada suaminya, “Pertahankanlah diriku, jangan engkaumenthalaqku dan kawinlah lagi dengan wanita lain, sedang engkaubebas dalam memberi nafqah dan giliran kepadaku”. Maka itulah(yang dimaksud oleh) firman Allah “Maka tidak mengapa bagikeduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya,dan perda-maian itu lebih baik bagi mereka”. (QS. An-Nisaa’ : 128). [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]

و فى رواية قالت: هُوَ الرَّجُلُ يَرَى مِنِ امْرَأَتِهِ مَا لاَ يُعْجِبُهُ كِبَرًا اَوْ غَيْرَهُ فَيُرِيْدُ فِرَاقَهَا فَتَقُوْلُ: اَمْسِكْنِى وَ اقْسِمْ لِى شِئْتَ قَالَتْ: فَلاَ بَأْسَ اِذَا تَرَاضَيَا. احمد و البخارى و مسلم

Dan dalam satu riwayat (dikatakan), “Dia itu adalah laki-laki yangmelihat istrinya tidak menyenangkannya lagi karena tua atau lainnya,lalu ia bermaksud menthalaqnya. Maka berkatalah istrinyakepadanya, “Pertahankanlah diriku dan gilirlah aku sesukamu”. ‘Aisyah berkata, “Yang demikian itu tidak mengapa apabila mereka sama-sama ridla”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]

  1. Larangan membicarakan persetubuhan antara suami istri

عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اِنَّ مِنْ شَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ اْلقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِيْ اِلَى اْلمَرْأَةِ وَ تُفْضِيْ اِلَيْهِ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا. احمد و مسلم

Dari Abu Sa’id RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya seburuk-buruk manusia dalam pandangan Allah padahari qiyamat nanti adalah laki-laki yang bersetubuh dengan istrinyadan perempuan yang bersetubuh dengan suaminya kemudianmenyiarkan rahasianya”. [HR. Ahmad dan Muslim]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص صَلَّى، فَلَمَّا سَلَّمَ اَقْبَلَ عَلَيْهِمْ بِوَجْهِهِ فَقَالَ: مَجَالِسَكُمْ هَلْ مِنْكُمُ الرَّجُلُ اِذَا اَتَى اَهْلَهُ اَغْلَقَ بَابَهُ وَ اَرْخَى سِتْرَهُ، ثُمَّ يَخْرُجُ فَيُحَدِّثُ فَيَقُوْلُ: فَعَلْتُ بِاَهْلِى كَذَا، وَ فَعَلْتُ بِاَهْلِى كَذَا ! فَسَكَتُوْا. فَاَقْبَلَ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ: هَلْ مِنْكُنَّ مَنْ تُحَدِّثُ؟ فَجَثَتْ فَتَاةٌ كَعَابٌ عَلَى اِحْدَى رُكْبَتَيْهَا وَ تَطَاوَلَتْ لِيَرَاهَا رَسُوْلُ اللهِ ص وَ يَسْمَعَ كَلاَمَهَا، فَقَالَتْ: إِيْ وَ اللهِ اِنَّهُمْ يَتَحَدَّثُوْنَ وَ اِنَّهُنَّ لَيَتَحَدَّثْنَ، فَقَالَ: هَلْ تَدْرُوْنَ مَا مَثَلُ مَنْ فَعَلَ ذلِكَ؟ اِنَّ مَثَلَ مَنْ فَعَلَ ذلِكَ مَثَلُ شَيْطَانٍ وَ شَيْطَانَةٍ لَقِيَ اَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ بِالسِّكَّةِ فَقَضَى حَاجَتَهُ مِنْهَا وَ النَّاسُ يَنْظُرُوْنَ اِلَيْهِ . احمد و ابو داود

Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW shalat,kemudian setelah salam maka ia menghadapkan wajahnya kepadajamaah, lalu bersabda, “Tetaplah di tempat duduk kalian ! Apakahdiantara kalian, ada orang yang apabila bersetubuh dengan istrinya,ia menutup pintu dan tabirnya. Kemudian keluar lalu bercerita, “Akutelah melakukan dengan istriku demikian dan aku telah melakukandengan istriku demikian ?”. Maka mereka terdiam. Lalu Nabi SAWmenghadap kepada kaum wanita dan bertanya, “Apakah diantarakalian ada yang membicarakan begitu ?”. Kemudian ada seorangpemudi yang membungkuk-bungkuk sambil bertekan satu lututnyadan mendongak agar dilihat oleh Rasulullah SAW dan didengarperkataannya, lalu pemudi itu berkata, “Demi Allah, sesungguhnyamereka (laki-laki) sama membicarakan (hal itu) dan mereka (wanita-wanita) juga sama membicarakannya”. Kemudian Rasulullah SAWbersabda, “Tahukah kalian seperti apakah orang yang berbuatdemikian itu ? Sesungguhnya orang yang berbuat demikian itu adalahseperti syaithan laki-laki dan syaithan perempuan yang bertemu dijalan, kemudian syaithan laki-laki itu melampiaskan hajatnya kepadayang perempuan, sedang orang banyak sama melihatnya”. [HR. Ahmad dan Abu Dawud]

  1. Doa akan bercampur suami-istri

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ اَنَّ اَحَدَهُمْ اِذَا اَرَادَ اَنْ يَأْتِيَ اَهْلَهُ قَالَ: بِسْمِ اللهِ، اَللّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَ جَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا. فَاِنَّهُ اِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِى ذلِكَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ اَبَدًا. مسلم

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabilasalah seorang diantara mereka akan menggauli istrinya membaca“Bismillaah, Alloohumma jannibnasy syaithoona wa jannibisysyaithoona maa rozaqtanaa” (Dengan nama Allah, ya Allahjauhkanlah kami dari syaithan dan jauhkanlah syaithan dari apa yangEngkau rezqikan kepada kami). Maka jika ditaqdirkan dari hubunganitu lahir seorang anak, syaithan tidak akan membahayakannyaselamanya. [HR. Muslim]

Sumber:

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/26-boleh-memberikan-hari-gilirannya.html

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/27-larangan-membicarakan-persetubuhan.html

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/28-doa-akan-bercampur-suami-istri.html

 

Kitab Nikah: boleh nikahi sampai 4 wanita

  1. Laki-laki boleh mengawini sampai 4 wanita.

Firman Allah SWT :

وَ اِنْ خِفْتُمْ اَلاَّ تُقْسِطُوْا فِى اْليَتمى فَانْكِحُوْا مَا طَابَ لَكُمْ مّنَ النّسآءِ مَثْنى وَ ثُلثَ وَ رُبعَ، فَاِنْ خِفْتُمْ اَلاَّ تَعْدِلُوْا فَوَاحِدَةً اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمنُكُمْ، ذلِكَ اَدْنى اَلاَّ تَعُوْلُوْا. النساء:3

Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), makakawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga atauempat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yangdemikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. [QS. An-Nisaa’ : 3]

Hadits-hadits Nabi SAW :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ غَيْلاَنَ بْنَ سَلَمَةَ الثَّقَفِيَّ اَسْلَمَ وَ تَحْتَهُ عَشْرُ نِسْوَةٍ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ ص: اِخْتَرْ مِنْهُنَّ. وَ فِى لَفْظٍ: اَمْسِكْ اَرْبَعًا. وَ فَارِقْ سَائِرَهُنَّ. الشافعى و ابن ابى شيبة و احمد و الترمذى و ابن ماجه و الدارقطنى و البيهقى

Dari Ibnu ‘Umar bahwasanya Ghailan bin Salamah Ats-Tsaqafiymasuk Islam dan ia mempunyai 10 istri. Maka Nabi SAW bersabdakepadanya, “Pilihlah diantara mereka”. Dalam lafadh lain, “Pakailah 4orang, dan cerailah yang lainnya !”. [HR. Syafi’i, Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Tirmidzi Ibnu Majah, Daruquthni dan Baihaqi]

عَنْ قَيسِ بْنِ اْلحَارِثِ قَالَ: اَسْلَمْتُ وَ عِنْدِى ثَمَانُ نِسْوَةٍ، فَاَتَيْتُ النَّبِيَّ ص فَذَكَرْتُ ذلِكَ لَهُ، فَقَالَ: اِخْتَرْ مِنْهُنَّ اَرْبَعًا. ابو داود و ابن ماجه

Dari Qais bin Harits, ia berkata : Aku masuk Islam sedang akumemiliki delapan istri, lalu aku menghadap Nabi SAW, kemudian akuterangkan kepadanya hal itu, lalu beliau bersabda, “Pilihlah empatdiantara mereka”. [HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah].

  1. Kewajiban adil terhadap para istri

عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص مَا مِنْ يَوْمٍ اِلاَّ وَ هُوَ يَطُوْفُ عَلَيْنَا جَمِيْعًا امْرَأَةً امْرَأَةً فَيَدْنُوْ وَ يَلْمَسُ مِنْ غَيْرِ مَسِيْسٍ حَتَّى يُفْضِيَ اِلَى الَّتِى هُوَ يَوْمُهَا فَيَبِيْتُ عِنْدَهَا. احمد و ابو داود بنحوه

Dari ‘Aisyah RA ia berkata, “Adalah Rasulullah SAW tidak pernahada satu hari kecuali beliau mesti mengelilingi kami seluruhnya,seorang demi seorang, kemudian beliau mendekat dan memegang-megang tanpa bercampur sehingga masuklah beliau kepada (istri) yang hari itu menjadi gilirannya, lalu beliau bermalam di situ”. [HR. Ahmad dan Abu Dawud juga meriwayatkan seperti itu]

و فى لفظ كَانَ انْصَرَفَ مِنْ صَلاَةِ اْلعَصْرِ دَخَلَ عَلَى نِسَائِهِ فَيَدْنُوْ مِنْ اِحْدَاهُنَّ. احمد و البخارى و مسلم

Dan dalam lafadh lain (dikatakan), “Adalah Nabi SAW apabila selesaishalat ‘Ashar, beliau masuk ke rumah istri-istrinya lalu mendekatkepada salah seorang diantara mereka”. [HR. Ahmad, Bukhari danMuslim]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: مَنْ كَانَتْ لَهُ امْرَاَتَانِ يَمِيْلُ ِلاِحْدَاهُمَا عَلَى اْلاُخْرَى جَاءَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ يَجُرُّ اَحَدَ شِقَّيْهِ سَاقِطًا اَوْ مَائِلاً. الخمسة

Dari Abu Hurairah RA, bahwa sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa mempunyai dua istri lalu ia condong kepada salah satudiantara mereka, maka ia akan datang pada hari qiyamat nanti sambilmenyeret sebelah pundaknya dalam keadaan jatuh atau condong”. [HR. Khamsah].

عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَقْسِمُ فَيَعْدِلُ وَ يَقُوْلُ: اَللّهُمَّ هذَا قَسْمِى فِيْمَا اَمْلِكُ فَلاَ تَلُمْنِى فِيْمَا تَمْلِكُ وَ لاَ اَمْلِكُ. الخمسة الا احمد

Dari ‘Aisyah RA ia berkata : Adalah Rasulullah SAW selalu menggilir(istri-istrinya), maka beliau pun berlaku adil, lalu beliau berdoa, “YaAllah, beginilah yang bisa aku lakukan menggilir menurutkemampuanku, maka semoga Engkau tidak mencelaku dalam halyang Engkau menguasainya sedang aku tidak menguasai”. [HR.Khamsah kecuali Ahmad]

عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ يَسْأَلُ فِى مَرَضِهِ الَّذِى مَاتَ فِيْهِ: اَيْنَ اَنَا غَدًا ؟ اَيْنَ اَنَا غَدًا ؟ يُرِيْدُ يَوْمَ عَائِشَةَ، فَاَذِنَ لَهُ اَزْوَاجُهُ يَكُوْنُ حَيْثُ شَاءَ فَكَانَ فِى بَيْتِ عَائِشَةَ حَتَّى مَاتَ عِنْدَهَا. احمد و البخارى و مسلم

Dari ‘Aisyah RA, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW pernahbertanya pada waktu sakit yang beliau wafat dalam sakitnya itu, “Dimana aku besok ? Di mana aku besok ?”, yang beliau inginkanyaitu harinya ‘Aisyah, lalu istri-istri beliau mengidzinkannya beradadimana saja beliau suka, kemudian beliau berada di rumah ‘Aisyahsehingga wafat di sisinya. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].

عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ اِذَا اَرَادَ اَنْ يَخْرُجَ سَفَرًا اَقْرَعَ بَيْنَ اَزْوَاجِهِ فَاَيَّتُهُنَّ خَرَجَ سَهْمُهَا خَرَجَ بِهَا مَعَهُ. و البخارى و مسلم

Dari ‘Aisyah RA bahwa sesungguhnya Nabi SAW apabila hendakbepergian beliau mengundi diantara istri-istrinya, siapa diantaramereka yang keluar baginya maka dialah yang ikut pergi bersamabeliau. [HR. Bukhari dan Muslim].

Sumber:

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/23-laki-laki-boleh-mengawini-sampai-4.html

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/24-kewajiban-adil-terhadap-para-istri.html

 

Kitab Nikah: Memenuhi undangan Walimahan

  1. Memenuhi undangan walimah

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: شَرُّ الطَّعَامِ طَعَامُ اْلوَلِيْمَةِ تُدْعَى لَهَا اْلاَغْنِيَاءُ وَ تُتْرَكُ اْلفُقَرَاءُ. وَ مَنْ لَمْ يُجِبِ الدَّعْوَةَ فَقَدْ عَصَى اللهَ وَ رَسُوْلَهُ. احمد و البخارى و مسلم

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Seburuk-buruk makanan adalah makanan walimah, dimana yang diundang menghadirinya orang-orang yang kaya, sedang orang-orang fakir ditinggalkan. Barangsiapa yang tidak memenuhi undangan, maka sungguh ia durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].

عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اَجِيْبُوْا هذِهِ الدَّعْوَةَ اِذَا دُعِيْتُمْ لَهَا. وَ كَانَ ابْنُ عُمَرَ يَأْتِى الدَّعْوَةَ فِى اْلعُرْسِ وَ غَيْرِ اْلعُرْسِ. وَ يَأْتِيْهَا وَ هُوَ صَائِمٌ. احمد و البخارى و مسلم

Dari Ibnu ‘Umar, bahwa sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Penuhilah undangan ini apabila kamu diundang kepadanya”. Sedang Ibnu ‘Umar selalu menghadiri undangan walimah dan lainnya dan ia (juga) pernah menghadirinya pada hal ia sedang berpuasa. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].

و فى رواية اِذَا دُعِيَ اَحَدُكُمْ اِلَى اْلوَلِيْمَةِ فَلْيَأْتِهَا. احمد و البخارى و مسلم

Dan dalam riwayat lain (dikatakan), “Apabila salah seorang diantara kamu diundang ke walimah, hendaklah ia menghadirinya”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].

و رواه ابو داود و زاد: فَاِنْ كَانَ مُفْطِرًا فَلْيَطْعَمْ وَ اِنْ كَانَ صَائِمًا فَلْيَدَعْ.

Dan Abu Dawud juga meriwayatkan dan ia menambahkan, “Kemudian jika ia tidak berpuasa maka makanlah dan jika ia berpuasa maka tinggalkanlah”.

و فى رواية قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ دُعِيَ فَلَمْ يُجِبْ فَقَدْ عَصَى اللهَ وَ رَسُوْلَهُ. وَمَنْ دَخَلَ عَلَى غَيْرِ دَعْوَةٍ دَخَلَ سَارِقًا وَ خَرَجَ مُغِيْرًا. ابو داود

Dan dalam riwayat lain (dikatakan) : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa diundang kemudian tidak memenuhinya maka sungguh ia telah durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa menghadiri walimah tanpa diundang maka ia masuk laksana pencuri dan keluar sebagai orang yang merampok”. [HR. Abu Dawud].

عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا دُعِيَ اَحَدُكُمْ اِلَى طَعَامٍ فَلْيُجِبْ فَاِنْ شَاءَ طَعِمَ وَ اِنْ شَاءَ تَرَكَ. احمد و مسلم و ابو داود

Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila salah seorang diantara kamu diundang ke walimah, maka penuhilah, kemudian jika ia suka makanlah dan jika ia tidak suka tinggalkanlah”. [HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud].

  1. Apabila ada dua undangan Walimah

عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ عَنِ اْلحِمْيَرِيّ عَنْ رَجُلٍ مِنْ اَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ ص عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اِذَا اجْتَمَعَ الدَّاعِيَانِ فَاَجِبْ اَقْرَبَهُمَا بَابًا، فَاِنَّ اَقْرَبَهُمَا بَابًا اَقْرَبُهُمَا جِوَارًا. فَاِذَا سَبَقَ اَحَدُهُمَا فَاَجِبِ الَّذِى سَبَقَ. احمد و ابو داود

Dari Humaid bin ‘Abdur Rahman Al-Himyari, dari seorang laki-lakishahabat Rasulullah SAW dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Apabilaada dua undangan yang bersamaan, maka penuhilah yang lebihdekat pintunya diantara keduanya itu, sebab yang lebih dekatpintunya itulah tetangga yang paling dekat. Lalu apabila salah satudiantara dua undangan itu datang lebih dahulu, maka penuhilahundangan yang datang lebih dahulu itu”. [HR. Ahmad dan AbuDawud].

  1. Menghadiri undangan, lalu melihat kemungkaran

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيّرْهُ بِيَدِهِ فَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَ ذلِكَ اَضْعَفُ اْلاِيْمَانِ. احمد و مسلم و ابو داود و النسائى و الترمذى و ابن ماجه

Barangsiapa diantara kamu mengetahui ada kemungkaran, makahendaklah ia mengubah dengan tangannya, jika ia tidak mampu makadengan lisannya, kemudian jika ia tidak mampu (dengan lisannya)maka dengan hatinya. Dan yang demikian itu adalah selemah-lemahiman. [HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Nasai, Tirmidzi dan IbnuMajah]

عَنْ عُمَرَ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يَقْعُدْ عَلَى مَائِدَةٍ يُدَارُ عَلَيْهَا اْلخَمْرُ. احمد

Dari ‘Umar RA, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAWbersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, makajanganlah ia duduk pada hidangan yang diedarkan padanya khamr”. [HR. Ahmad].

Sumber:

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/20-memenuhi-undangan-walimah.html

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/21-apabila-ada-dua-undangan-walimah.html

http://1001hadits.blogspot.co.id/2012/01/22-menghadiri-undangan-lalu-melihat.html